Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea

Korut Berpotensi Kerahkan Senjata Baru di Perbatasan

Foto : National Security Council Office

Ketua Dewan Keamanan Nasional (NSC) Korsel, Cho Tae-yong

A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Korea Utara (Korut) berpotensi untuk mengerahkan deretan senjata barunya di sepanjang perbatasan dengan Korea Selatan (Korsel), setelah rezim komunis itu mengumumkan tidak akan pernah terikat lagi dengan perjanjian militer antar-Korea.

Ketua Dewan Keamanan Nasional (NSC) Korsel, Cho Tae-yong, menuturkan dalam sebuah acara KBS pada Minggu (3/12) bahwa Korut telah memulihkan operasi pos jaga dan menempatkan angkatan bersenjata militer, serta berpotensi akan mengerahkan perangkat keras militer jenis baru di wilayah sepanjang Garis Demarkasi Militer.

Ditambahkan pula, bahwa saat ini sedang dipertimbangkan adanya kemungkinan penempatan roket peluncuran ganda baru di bagian terdepan, misil balistik jarak menengah berbahan bakar padat, serta peluncuran misil jelajah lainnya.

Cho menegaskan kesiapsiagaan Korsel dan Amerika Serikat (AS) untuk menanggapi hal itu, dengan mengerahkan aset-aset pengintaian dan pengawasan mereka. Terlebih Korsel pun saat ini tengah memulihkan pos penjagaan untuk melanjutkan operasi pengawasan di sepanjang perbatasan.

"Namun dibutuhkan waktu untuk memulihkan hal itu sepenuhnya dengan melengkapi semua peralatannya," ucap Cho.

"Sangat penting untuk kembali memulihkan jaringan komunikasi antara dua Korea untuk mencegah terjadinya bentrokan yang tidak diinginkan ke depan," imbau dia.

Peringatkan Bentrokan

Sementara itu pihak Korut telah memperingatkan keruntuhan Korsel di tengah memburuknya situasi di Semenanjung Korea, yang diakibatkan oleh pembekuan sebagian perjanjian militer antar-Korea tahun 2018 oleh Seoul.

Juru bicara militer Korut mengeluarkan ancaman tersebut dalam sebuah artikel yang dimuat oleh kantor berita KCNA pada Minggu, dan mengecam penangguhan tersebut sebagai upaya pemerintah konservatif Korsel untuk mengalihkan perhatian publik dari krisis politik dengan provokasi insiden di perbatasan.

Jubir tersebut menuduh Seoul terus menerus melanggar perjanjian tahun 2018, mengklaim bahwa militer Korsel melakukan ribuan siaran propaganda melalui pengeras suara di wilayah garis depan dan kapal perang serta pesawat pengintai Korsel menyusup ke wilayah udara dan perairan Korut.

Pernyataan itu kemudian memperingatkan bahwa konflik total di Semenanjung Korea telah menjadi masalah waktu yang tak terelakkan, dan menambahkan bahwa militer Korut saat ini dapat melakukan kegiatannya sesuai kehendak tanpa terikat oleh perjanjian apa pun.

Peluncuran satelit mata-mata militer Korsel pada Sabtu (2/12) juga dikritik dengan pernyataan bahwa peluncuran semacam itu tidak ada bedanya dengan peluncuran satelit rezim Korut, yang dicap sebagai pelanggaran kesepakatan antar-Korea.

Jubir itu memperingatkan bahwa tindakan permusuhan oleh "kelompok boneka" Korsel terhadap Korut akan menyebabkan kehancuran total militer Korsel dan keruntuhan total negara itu. KBS/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top