Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea I Yonhap: Korsel Pertimbangkan Kirim Personel ke Ukraina

Korea Utara Bantah Kirim Pasukan ke Russia

Foto : AFP/AFPTV/UNTV

Perwakilan Korut l ­Diplomat yang jadi perwakilan Korut berbicara dalam pertemuan komite pada Sidang Umum PBB di New York, AS, Senin (21/10) waktu setempat. Dalam pernyataannya, perwakilan dari Korut itu membantah laporan badan intelijen Korsel yang menyatakan bahwa Pyongyang telah mengirimkan pasukan ke Russia untuk diterjunkan di perang melawan Ukraina.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Korea Utara (Korut) tidak mengirimkan pasukan ke Russia untuk membantu Moskwa memerangi Ukraina, kata salah satu perwakilannya di PBB pada Senin (21/10), menepis klaim dari pihak intelijen Korea Selatan (Korsel) dan menyebutnya sebagai rumor tak berdasar.

Badan mata-mata Korsel pada Jumat (18/10) lalu mengatakan bahwa Pyongyang telah mengirim pasukan berskala besar untuk membantu sekutunya, mengklaim bahwa 1.500 pasukan khusus sudah berlatih di Timur Jauh Russia dan siap segera menuju garis depan perang Ukraina.

"Mengenai apa yang disebut kerja sama militer dengan Russia, delegasi saya tidak merasa perlu mengomentari rumor stereotip yang tidak berdasar tersebut," kata seorang perwakilan Korut selama Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

Klaim Seoul tersebut ditujukan untuk mencoreng citra Korut dan merusak hubungan yang sah, bersahabat, dan kooperatif antara dua negara berdaulat," kata perwakilan tersebut dalam rapat komite pada Senin.

Pyongyang dan Moskwa semakin dekat sejak invasi Russia ke Ukraina tahun 2022, dengan Seoul dan Washington DC mengklaim bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-un telah mengirim senjata untuk digunakan di Ukraina.

Hingga berita ini ditulis pada Selasa (22/10) malam, baik media pemerintah Korut dan Russia belum mengomentari atau mengkonfirmasi dugaan pengerahan pasukan tersebut, namun Moskwa membenarkan adanya kerja sama militernya dengan Korut.

Setelah Seoul memanggil Duta Besar Russia untuk Korsel untuk mengajukan keluhan, utusan tersebut menekankan bahwa kerja sama antara Russia dan Korut tidak ditujukan untuk melawan kepentingan keamanan Korsel.

NATO maupun AS juga belum mengkonfirmasi pengerahan pasukan tersebut, tetapi keduanya menganggapnya sebagai eskalasi yang berpotensi berbahaya dalam konflik Ukraina yang telah berlangsung lama. AS dan sekutunya pun telah menyuarakan kekhawatirannya tentang Korut yang menyediakan senjata kepada Russia.

Saudara perempuan Kim Jong-un yaitu Kim Yo-jong, pada Selasa merilis sebuah pernyataan yang menyebut bahwa Ukraina dan Korsel sebagai "anjing jahat yang dibesarkan oleh AS". "Seoul dan Kyiv adalah mitra yang tepat dalam hal mengantongi dan melepaskan pernyataan sembrono terhadap negara-negara bersenjata nuklir secara acak tanpa kemampuan menindaklanjutinya," kata Kim Yo-jong.

Reaksi Korsel

Sementara itu pada Selasa, Korsel kembali mengutuk keras Pyongyang dan mendesak agar pasukan Korut untuk segera ditarik, dan memperingatkan bahwa mereka tidak akan tinggal diam jika aliansi militer antara Korut dan Russia berlanjut.

"Korut, yang telah menyediakan persenjataan militer berskala besar kepada Russia, mengirimkan pasukan ke perang agresi ilegal Russia di Ukraina merupakan ancaman keamanan yang signifikan tidak hanya bagi negara kami tetapi juga bagi masyarakat internasional," kata Dewan Keamanan Nasional Korsel.

"Menanggapi kemajuan kerja sama militer antara Russia dan Korut menyusul pengerahan pasukan tempur Korut, pemerintah akan menerapkan tindakan penanggulangan bertahap," imbuh dewan itu.

Juga pada Selasa, kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan bahwa Seoul sedang mempertimbangkan untuk mengirim personel ke Ukraina untuk memantau pengerahan pasukan Korut, mengutip sumberpemerintah.

Menurut sumber tersebut, tim tersebut, jika dikerahkan, kemungkinan akan terdiri dari personel militer dari divisi intelijen untuk menganalisis strategi medan perang Korut dan berpartisipasi dalam menginterogasi setiap tawanan perang yang ditangkap. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top