Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana Alam

Korban Tewas Topan Filipina Menjadi 375 Orang

Foto : AFP/Ferdinandh CABRERA

menutup jalan I Tiang listrik roboh menutup jalan di sepanjang jalan di Kota Surigao, Provinsi Surigao del norte, Minggu (19/12).

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Korban tewas akibat bencana topan terkuat yang melanda Filipina, pada Senin (20/12), dilaporkan melonjak menjadi 375. Catatan kepolisan nasional menyebutkan 500 lainnya terluka dan 56 hilang dalam bencana terbaru yang melanda kepulauan itu, dengan para penyintas yang putus asa meminta bantuan air minum dan makanan.

Palang Merah Filipina melaporkan "pembantaian total" di daerah pesisir setelah Topan Super Rai meninggalkan rumah, rumah sakit, dan sekolah "tercabik-cabik".

Badai telah merobek atap, menumbangkan pohon dan tiang listrik beton, menghancurkan rumah-rumah kayu hingga berkeping-keping, serta memusnahkan tanaman dan membanjiri desa. Itu memicu perbandingan dengan kerusakan yang disebabkan oleh Topan Super Haiyan pada 2013.

"Situasi kami sangat putus asa. Warga sangat membutuhkan air minum dan makanan," kata Ferry Asuncion, pedagang kaki lima di kota tepi laut Surigao yang dilanda badai. Sementara itu, lebih dari 380.000 orang meninggalkan rumah dan resor tepi pantai mereka saat Rai menghantam negara itu pada Kamis.

"Salah satu pulau yang paling parah terkena dampaknya adalah Bohol, yang terkenal dengan pantainya, "Chocolate Hills" dan primata tarsius kecil di mana sedikitnya 94 orang tewas," kata Gubernur Provinsi, Arthur Yap, di Facebook.

Tidak Menduga

Di kota pesisir Ubay di Bohol, keadaan bencana telah diumumkan dengan banyak rumah kayu rata dengan tanah dan perahu nelayan hancur. Seorang pejabat senior di badan bencana nasional mengatakan dia tidak menduga akan banyak korban tewas.

"Saya terbukti salah karena tampaknya sekarang berasal dari laporan," kata wakil administrator untuk operasi, Casiano Monilla,. Topan Super Rai melanda Filipina di akhir musim topan, kebanyakan siklon berkembang antara Juli dan Oktober. Para ilmuwan telah lama memperingatkan topan menjadi lebih kuat, dan membesar lebih cepat ketika dunia menjadi lebih hangat akibat perubahan iklim yang didorong oleh ulah manusia.

Filipina yang menempati peringkat di antara negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, dilanda rata-rata 20 badai setiap tahun, yang biasanya menyapu habis panen, rumah, dan infrastruktur di daerah-daerah yang sudah miskin. Pada tahun 2013, Topan Haiyan adalah badai terkuat yang pernah melanda, menyebabkan lebih dari 7.300 orang tewas atau hilang.

Korban tewas akibat topan Rai diperkirakan tidak akan mendekati angka itu. Filipina memiliki sistem manajemen bencana yang memberikan peringatan dini akan datangnya badai dan memindahkan masyarakat yang rentan ke pusat-pusat evakuasi.

Tetapi, badai itu telah memberikan pukulan telak bagi sektor pariwisata, yang sudah berjuang setelah pembatasan Covid-19 menghancurkan jumlah pengunjung. Kata "SOS" telah dibuat di sebuah jalan di kota wisata Jenderal Luna di Pulau Siargao, di mana para peselancar dan wisatawan berbondongbondong datang menjelang Natal, ketika orang-orang berjuang untuk menemukan air dan makanan.

"Tidak ada air lagi, ada kekurangan air, pada hari pertama sudah ada penjarahan di lingkungan kami," kata pemilik resor Siargao, Marja O'Donnell kepada CNN Filipina. Kerusakan yang meluas juga terjadi di Pulau Dinagat dan Mindanao, yang bersama dengan Siargao menanggung beban terberat dari badai ketika menerjang, dengan kecepatan angin 195 kilometer per jam.

Petugas informasi Provinsi Jeffrey Crisostomo mengatakan kepada penyiar ABS-CBN, sedikitnya 14 orang tewas di Kepulauan Dinagat. "Daerah itu telah diratakan dengan tanah," ujarnya.

Namun, surat yang ditulis oleh warga Dinagat dan diunggah ke Facebook, mengungkapkan harapan. "Kami senang masih hidup. Rumah kami tanpa atap, tapi kami tidak putus asa!" tulis seorang warga, Aimee Antonio-Jmeno, kepada saudara perempuannya. Dengan listrik padam di banyak daerah, tidak ada sinyal atau internet, menghambat upaya untuk menilai kerusakan akibat badai.

Ribuan personel militer, polisi, penjaga pantai, dan pemadam kebakaran dikerahkan bersama dengan bantuan makanan, air, dan pasokan medis, sementara berbagai alat berat dikirim untuk membersihkan jalan. Presiden Rodrigo Duterte berjanji untuk "mencari lagi" bantuan senilai dua miliar peso (40 juta dollar AS), yang akan menggandakan janji sebelumnya. Tetapi, beberapa menyatakan frustrasi atas tanggapan pemerintah.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top