Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Beijing Antikritik

Korban-korban Rezim Tiongkok

A   A   A   Pengaturan Font

"Hilangnya" triluner Tiongkok, Jack Ma, baik secara fisik maupun virtual pascamengkritik regulator keuangan pemerintah Beijing yang menghambat investasi, mengingatkan akan peristiwa yang terjadi terhadap beberapa pengusaha lainnya. Sebelumnya, pemerintah negeri tirai bambu beberapa kali melakukan tindakan represif pada para pemimpin bisnis yang dianggap bersalah.

Jauh sebelum Jack Ma, banyak yang terkena represi pemerintah. Di antaranya, Wu Xiaohui, mantan ketua Anbang Insurance Group. Pada puncak karirnya, dia ketahuan makan malam di hotel Waldorf Astoria di New York, bersama Jared Kushner menantu Presiden AS, Donald Trump, pada November 2016.

Beberapa bulan kemudian, pada Juni 2017, dia hilang secara misterius. Perusahaan yang dia pimpin menyatakan, "Wu Xiaohui saat ini tidak dapat memenuhi perannya karena alasan pribadi." Hilangnya pengusaha ini dilaporkan oleh media hak asasi independen Caijing. Dia menyatakan, otoritas keuangan Tiongkok khawatir tentang akuisisi berlebihan perusahaan swasta di luar negeri.

Sekitar sembilan bulan setelah hilangnya Wu, secara diam-diam pemerintah menggelar persidangan pada Maret 2018. Hasilnya dia dijatuhi hukuman 18 tahun penjara pada Mei 2018 karena tuduhan penipuan keuangan dan penyalahgunaan kekuasaan.

Selanjutnya Anbang, yang pernah menjadi salah satu perusahaan asuransi terbesar negeri itu diambil alih oleh regulator asuransi. Tragisnya pada September 2020, Anbang mengajukan permohonan untuk melikuidasi perusahaan. Selama Wu di penjara, keluarganya bahkan menyatakan tidak memiliki akses untuk menjenguk dalam dua tahun terakhir.

Tidak berhenti sampai di Wu Xiaohui saja. Ren Zhiqiang, seorang konglomerat properti Huayuan juga dianggap bersalah oleh pemerintah. Sang maestro properti, yang telah lama dikenal karena gaya bicaranyayang blak-blakan tentang masalah sosial, menghilang dari pandangan publik pada bulan Maret 2020.

Banyak orang pada saat itu mengaitkan kepergiannya dengan kritiknya yang berani terhadap pemerintah yang menutup-nutupi informasi tentang Covid-19. Presiden Tiongkok, Xi Jinping, disebutnya sebagai, "Seorang badut yang menelanjangi dan bersikeras untuk terus menjadi kaisar."

Pada bulan Juni 2020, Ren dikeluarkan dari anggota Partai Komunis karena secara serius melanggar disiplin politik, organisasi, integritas, pekerjaan, dan kehidupan partai. Pada bulan September tahun yang sama, pengadilan Beijing menghukum pria 69 tahun itu 18 tahun penjara atas tuduhan menerima suap dan penyalahgunaan kekuasaan.

Guo Guangchang, pemimpin bisnis Grup Fosun juga mendapat perlakuan yang tidak layak. Pengusaha yang dijuluki sebagai "Warren Buffet dari Tiongkok" karena kemampuannya membuat kesepakatan yang mengesankan di beberapa sektor itu pernah menghilang sebentar pada Desember 2015.

Penculikan

Menurut eksekutif anak perusahaan disebutkan Guo sedang membantu dalam penyelidikan tertentu yang dilakukan otoritas pemerintah. Penyelidikan itu tentang urusan pribadi Guo, bukan bisnis perusahaan. Setelah lama tidak terlihat dia muncul kembali pada pertemuan tahunan di Shanghai pada 14 Desember 2020.

Xiao Jianhua, pendiri Tomorrow Group yang berbasis di Beijing, pernah diculik pada Januari 2017, saat menginap di hotel Four Seasons, Hong Kong. Dia diculik otoritas pemerintah Tiongkok.

Sejumlah media melaporkan Xiao dibawa pergi menggunakan kursi roda dibawa agen keamanan Tiongkok berpakaian preman. Kepalanya ditutupi seprei dan dibawa melintasi perbatasan Hong Kong - Tiongkok.

Diculiknya miliarder diklaim sebagai bagian dari operasi antikorupsi. Namun publik tidak yakin. Rakyat , menganggap ini terkait kritik yang dilakukan Xiao terhadap pemerintah Presiden Xi. Ia sendiri dikenal sebagai pemimpin mahasiswa ketika masih kuliah. hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top