Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Koran Jakarta dan Mitras DUDI Gelar Talkshow VokasiFest Bertema "Karir dalam Mindset Gen Z: Masihkah Relevan?"

Foto : Dok. Koran Jakarta
A   A   A   Pengaturan Font

Sementara itu, Meisya Sallwa menjelaskan bahwa sebagai Gen Z harus berpikir bukan hanya kritis tapi realistis. Ia bercerita, sebelum di titik sekarang, dirinya dulu sekolah di bangku SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di mana anak-anak SMK itu ditempa, dibentuk untuk menjadi SDM yang siap bekerja.

"Nah, di sinilah letak realistisnya, setelah kita keluar dari dunia sekolah, kita jadi hilang arah karena yang biasanya kita dibimbing disuapin, kita harus mendisiplinkan diri dan membangun diri kita sendiri. Di sinilah letak transformasi Gen Z dari remaja ke remaja dewasa, setelah itu baru dewasa matang," ucapnya.

"Jadi memang Gen Z dengan segala mimpi, kreativitas, fleksibilitas, ingin kerja sesuai passion, ingin kerja yang enak. Siapa sih yang nggak mau kerjanya enak? Masalahnya adalah sekarang karena sudah terlalu tercuci otaknya atau brainwash melihat sosmed serba instan, kemudian jadi punya preasure dan ingin proses yang cepat juga. Nah, di situlah tantangan Gen Z untuk bisa memaknai proses. Karena sebenarnya, kesuksesan, pencapaian itu akal-akalan orang di sosial media saja buat mencapai sebuah kesuksesan. Jadi sebenarnya sukses itu tidak ada batasan waktu."

Sementara itu, Luthfi Adam menjelaskan, dari dulu sampai sekarang, teknologi selalu menjadi kata kunci ketika kita membicarakan sebuah bangsa maju atau tidak. Negara manapun yang sekarang yang disebut dengan negara maju adalah negara-negara yang secara teknologi itu 'advance'. Dan tingkat kemajuan atau 'advance' dalam penguasaan teknologi jadi faktor utama untuk kemakmuran dan kemajuan dari suatu bangsa dan negara.

"Saya merupakan generasi Milenial. Kita bandingkan dengan Gen Z secara teknologi. Apa satu hal yang paling berbeda misalnya? Handphone? Ketika saya kecil, tidak ada handphone. Bahkan pager pun juga belum ada. Saya lahir tahun '84, saat itu masih telepon rumah. Untuk mendapatkan sebuah informasi (saat itu), harus membeli koran, majalah, nonton televisi. Semua informasi itu, harus kita cari. Dulu teknologi kita, belum ada handphone, kita belum memegang informasi. Bandingkan dengan sekarang. Sekarang, temen-temen disini bisa mengetahui apa yang terjadi dimanapun," imbuhnya.
Halaman Selanjutnya....


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top