
Konservatif Menang, Merz Jadi Kanselir Berikutnya
Pemimpin aliansi CDU/CSU, Friedrich Merz
Foto: AFP/ODD ANDERSENBERLIN - Partai konservatif Jerman menang telak dalam pemilu yang digelar Minggu (23/2), dengan pemimpin mereka, Friedrich Merz, ditetapkan menjadi kanselir berikutnya. Kemenangan aliansi CDU/CSU pimpinan Merz diikuti oleh partai sayap kanan AfD di tempat kedua setelah perolehan suara yang memecahkan rekor.
Dalam pidatonya, Merz mendesak pembentukan pemerintahan koalisi baru secepatnya, dan memperingatkan bahwa sementara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sedang menggerakkan perubahan cepat dan mengganggu, sehingga ia menegaskan bahwa "dunia tidak akan menunggu mereka".
Menurut hitung cepat pada pukul 20.00 GMT, aliansi CDU/CSU pimpinan Merz memenangi lebih dari 28 persen, mengalahkan Partai Sosial Demokrat (SPD) pimpinan Kanselir Olaf Scholz yang hanya mengantongi perolehan suara terendah sepanjang sejarah yaitu sebesar 16 persen.
Merz yang adalah rival politik lama partai mantan kanselir Angela Merkel, telah bersumpah untuk menindak tegas imigrasi ilegal. Ia berharap dapat memenangkan kembali suara dari AfD yang kebangkitannya telah mengejutkan banyak orang.
Untuk saat ini, AfD akan tetap menjadi oposisi dan semua partai lain telah berjanji untuk menjauhkannya dari kekuasaan dan dengan tegas menyatakan tak akan bekerja sama dengan partai itu. Namun pemimpin AfD, Alice Weidel, kembali mengatakan partainya siap memerintah dengan CDU/CSU.
Pemerintahan Koalisi
Sebelum Merz, 69 tahun, mengambil alih, ia harus membentuk pemerintahan koalisi baru yang merupakan sebuah proses politik yang seringkali berlarut-larut dan ia berjanji untuk menyelesaikannya sebelum Paskah.
Untuk membangun mayoritas, Merz mungkin pertama-tama menghubungi SPD. Merz juga bisa mendekati Partai Hijau, yang memperoleh 12 persen, meskipun partai saudara CDU di Bavaria, CSU, sejauh ini menolaknya.
Mitra potensial lainnya adalah FDP yang nyaris gagal memenuhi ambang batas lima persen untuk bisa kembali duduk di parlemen.
Merz berpendapat bahwa pemerintahan Jerman berikutnya harus dengan berani menanggapi kekhawatiran AfD terkait migrasi dan juga memperbaiki ekonomi yang sedang terpuruk, sambil memperingatkan bahwa jika tidak, partai ekstrem kanan mungkin akan menang pada putaran berikutnya.
"Taruhannya tidak bisa lebih tinggi lagi," kata analis politik dan penulis Michael Broening. "Partai-partai arus utama Jerman secara konsisten gagal meyakinkan para pemilih untuk menolak sayap kanan, dan pemilu ini bisa menjadi kesempatan terakhir mereka untuk membalikkan keadaan," imbuh dia.
Broening pun menegaskan bahwa kekuatan demokrasi harus menemukan solusi untuk masalah-masalah negara dan jika partai-partai yang berkuasa di Jerman gagal kali ini, mereka mungkin tidak akan menjadi yang berkuasa untuk waktu yang lama. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Aksi Bersih Pantai Menteri LH dan Panglima TNI di Pangandaran, Peringati Hari Peduli Sampah
- 2 Harga BBM di SPBU Vivo Turun, Pertamina, BP dan Shell Stabil
- 3 RI Perkuat Komitmen Transisi Energi Lewat Kolaborasi AZEC
- 4 Akademisi: Perlu Diingat, Kepala Daerah yang Sudah Dilantik Sudah Menjadi Bagian dari Pemerintahan dan Harus Tunduk ke Presiden
- 5 Beri Pilihan yang Luas, Living World Grand Wisata Hadir 250 Tenant