Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Konflik Papua

A   A   A   Pengaturan Font

Prada Usaman Hambelo, seorang anggota TNI yang bertugas mengamankan pembangunan Jalan Trans Papua, gugur diserang Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) di wilayah Kabupaten Nduga, Papua, Sabtu (20/7). Penyerangan terhadap personel TNI dilakukan saat mereka berada di lokasi pembangunan Jembatan Yuguru-Kenyam, Distrik Yuguru, Kabupaten Nduga, yang merupakan proyek strategis pemerintah pusat, yakni Pembangunan Jalan Trans Papua.

Prada Asuman Hambelo tertembak di pinggang. Penembakan terjadi secara tiba-tiba, ketika pasukan TNI sedang beristirahat dan melaksanakan salat. Para personel TNI diserang dari arah semak belukar. Penembak hanya berjarak sekitar 300 meter dari lokasi para prajurit TNI beristirahat. Pasukan TNI berusaha membalas dan mengejar. Namun dengan pertimbangan keamanan, karena medan belukar yang sangat tertutup dan banyak jurang, pengejaran dihentikan.

Ini penyerangan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pimpinan Egianus Kogoya. Pada Kamis (7/3), sebanyak 50 anggota kelompok kriminal bersenjata juga menyerang 25 anggota TNI di Kabupaten Nduga, Papua.

Mereka menyerang anggota TNI yang sedang melakukan pengamanan dan pembangunan infrastruktur Trans-Papua, seksi Wamena-Mumugu, menggunakan senjata campuran, baik senjata standar militer maupun senjata tradisional seperti panah dan tombak. Akibat serangan tersebut, tiga prajurit meninggal. Mereka Serda Mirwariyadin asal Nusa Tenggara Barat, Serda Yusdin asal Palopo, Sulawesi Selatan dan Serda Siswanto Bayu Aji asal Grobokan, Jawa Tengah.

Dalam satu tahun ini, wilayah Kabupaten Nduga, menjadi daerah tidak aman bagi penduduk lokal dan pendatang. Kelompok yang dipimpin Egianus Kogoya kerap kali membuat kekacauan, hingga memakan korban jiwa. Bukan hanya mengganggu keamanan masyarakat, tapi juga sejumlah pekerjaan pembangunan Jalan Trans Papua yang akan menghubungkan antarkabupaten di Provinsi Papua.

Kelompok separatis tersebut juga tercatat pernah membantai warga sipil. Mereka juga pernah menembak pesawat yang menjadi sarana angkutan utama rakyat Nduga. Kemudian, mereka memerkosa dan menganiaya sejumlah guru serta tenaga medis di Mapenduma. Selain itu, beberapa waktu lalu mereka membantai puluhan pekerja jembatan karyawan PT Istaka Karya. Mereka juga menyerang Pos TNI yang mengakibatkan anggota TNI tewas.

Kini berkembang isu adanya eksodus ratusan warga Nduga mengungsi ke Wamena. Mereka dikabarkan kekurangan pangan. Tim Solidaritas untuk Nduga dan Tim Relawan Kemanusiaan di Wamena mendata hingga Juni 2019, terdapat setidaknya 139 pengungsi meninggal dalam pengungsian di Wamena. Operasi militer telah membuat sekitar 60 gereja tak lagi difungsikan di Nduga lantaran warga berpindah ke pengungsian. Mereka pun kini kesulitan menjalankan peribadatan.Walaupun dibantah pemerintah, isu pengungsi Nduga kelaparan terlanjur menjadi konsumsi publik.

Kita sepakat bahwa pemerintah memang harus bertindak tegas terhadap Organisasi Papua Merdeka. Papua adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sudah final. Rakyat mendukung sikap tegas pemerintah menyelesaikan konflik di Nduga.

Tetapi, kita juga mengingatkan pemerintah bahwa pendekatan keamanan atau operasi militer bukan satu-satunya jalan menyelesaikan konflik dengan OPM. Operasi aparat keamanan TNI dan Polri selama ini hanya akan memakan korban lebih banyak jika tetap dilanjutkan, baik dari kalangan sipil maupun aparat keamanan.

Pemerintah perlu memikirkan menggunakan pendekatan dialogis berbasis kemanusiaan. Pemerintah dapat menggunakan pengalaman menyelesaikan konflik Aceh dengan dialog dan difasilitasi pihak netral. Ini bisa dicoba di Papua. Konflik bersenjata 30 tahun Aceh bisa berakhir setelah pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menandatangani perjanjian damai usai melakukan perundingan di Helsinki, Finlandia, 2005.

Komentar

Komentar
()

Top