Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Komersialisasi Kebun Raya Bogor Sudah Sejak Lama

Foto : ISTIMEWA

kebun raya bogor

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Komersialisasi di Kebun Raya Bogor (KRG) sudah berlangsung sejak lama. Adanya cafe, penginapan, dan fotografi komersil merupakan contoh menandakan bisnis berlangsung. Demikian disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa (28/9).

"Kegiatan komersial sudah ada sejak dulu. Saat ini sama, namun untuk hotel sudah ditutup sejak sebelum pandemi," ujarnya. Dia menilai, seyogianya hal ini sudah tidak asing lagi bagi publik.
Handoko mengatakan, seluruh kegiatan komersial dikelola oleh mitra dengan relasi bisnis yang jelas. Pengelolaannya mencakup pemeliharaan platform berupa kebun nonkoleksi.

BRIN menggandeng mitra swasta sebagai operator untuk mengelola kebun di luar area koleksi. Hal tersebut untuk menjalankan fungsi edukasi dan wisata. "Sehingga pendapatan negara lebih optimal, serta pengelolaannya transparan dan akuntabel. Sedangkan fungsi riset konservasi dan botani dilakukan oleh para periset, serta Direktorat Koleksi untuk pemeliharaan koleksi sehari-hari," jelasnya.

Pernyataan Handoko merupakan respons atas adanya kritik terkait pengelolaan KRG. Kritik datang dari masyarakat maupun para mantan Kepala Kebun Raya Bogor terutama terkait atraksi Wisata Glow.

Platform Riset

Lebih jauh, Handoko mengapresiasi adanya perhatian publik. Dia memastikan kegiatan konservasi dan penelitian di KRG tetap berjalan.
Dia mengingatkan, berdasarkan fungsinya, kebun raya memiliki lima fungsi utama, yaitu konservasi, penelitian, edukasi, wisata, dan jasa lingkungan. Kelima fungsi tersebut membutuhkan inovasi agar kebermanfaatannya optimal dirasakan publik.

Handoko menyebut tiga pihak pengelola di dalam kebun raya. Pertama, Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya untuk unit riset dan periset. Kedua, Deputi Infrastruktur melalui Direktorat Laboratorium dan Kawasan Sains dan Teknologi BRIN untuk pengelolaan laboratorium riset. Ketiga, Deputi Infrastruktur melalui Direktorat Koleksi untuk pemeliharaan koleksi.

Handoko menerangkan pembagian pengelola ini sebagai upaya untuk menempatkan semua pihak sesuai porsi dan fungsinya. Menurutnya, paling penting adalah memastikan para periset dan unit riset dapat fokus melakukan riset tanpa dibebani pengelolaan infrastruktur secara keseluruhan. "Kebun raya sejatinya merupakan platform riset untuk botani," tandasnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top