![Kolumnis Jenak Itu Telah Pergi](https://koran-jakarta.com/images/article/phpqe3hv6_resized.jpg)
Kolumnis "Jenak" Itu Telah Pergi
![Kolumnis Jenak Itu Telah Pergi](https://koran-jakarta.com/images/article/phpqe3hv6_resized.jpg)
Arswendo memang telah melahirkan banyak karya seni, baik penulisan untuk sinetron, drama, maupun tulisan di media massa. Dalam penulisannya itu, tak jarang pula ia menggunakan nama samaran. Beberapa karyanya yang dimuat di media massa, yakni seperti cerita bersambungnya, Sudesi (Sukses dengan Satu Istri), di Harian Kompas, ia menggunakan nama Sukmo Sasmito.
Untuk Auk yang dimuat di Suara Pembaruan ia memakai nama Lani Biki, kependekan dari Laki Bini Bini Laki, nama iseng yang ia pungut sekenanya. Nama-nama lain yang pernah dipakainya adalah Said Saat dan BMD Harahap.
Menilik lebih jauh soal karya sastra, di era 1972, ia pernah memenangkan Hadiah Zakse atas esainya Buyung - Hok dalam Kreativitas Kompromi. Dramanya, Penantang Tuhan dan Bayiku yang Pertama, memperoleh Hadiah Harapan dan Hadiah Perangsang dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ 1972 dan 1973. Pada 1975, dalam sayembara yang sama ia mendapat Hadiah Harapan atas drama Sang Pangeran. Karya novel sejarah berseri paling spektakuler adalah Senopati Pamungkas.
Dramanya yang lain, Sang Pemahat, memperoleh Hadiah Harapan I Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Anak-Anak DKJ 1976. Selain itu, karyanya Dua Ibu (1981), Keluarga Bahagia (1985), dan Mendoblang (1987) mendapatkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K pada 1981, 1985, dan 1987. Pada 1987 Arswendo memperoleh Hadiah Sastra Asean.yzd/R-1
Komentar
()Muat lainnya