Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PIMFW 2018

Kolaborasi Tradisional - Milenial dalam Mode Pria Kekinian

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pagelaran Plaza Indonesia Mens Fashion Week (PIMFW) 2018 baru saja digelar. Namun euforia terhadapnya masih belum hilang. PIMFW merupakan satu-satunya perhelatan pekan mode pria di Indonesia. Diselenggarakan dalam lima hari, diharapkan pagelaran ini dapat memberikan wawasan dan gambaran terbaru mengenai perkembangan mode pria saat ini.

Pada hari pertama sekaligus pembukaan PIMFW 2018, terdapat tiga pertunjukan batik dari koleksi terbaru Alleira Batik yang berkolaborasi dengan desainer asal Malaysia, Michael Ong, Parang Kencana, dan Bateeq.

Alleira Batik memperagakan koleksi terbarunya bertajuk Batik Now, yang merupakan kolaborasi dengan desainer Malaysia, Michael Ong. Mengangkat tema tersebut, keduanya ingin agar batik dapat dinikmati oleh segala usia, khususnya anak muda, dengan cara mengkombinasikan batik dengan tekstur-tekstur dan desain yang berbeda.

Ong mengungkapkan bahwa kenyamanan dalam berbusana dengan gaya yang dapat menggambarkan diri kita sendiri akan menimbulkan perasaan bangga dalam mendapatkan penampilan yang segar dan jujur.

Terinspirasi dari anak muda, koleksi kali ini pun banyak menampilkan koleksi streetwear, sportswear, dan casualwear, sehingga batik yang acap kali dikenakan pada acara formal memiliki desain yang lebih muda, santai, namun dapat memberikan sentuhan yang glamour.

Penggabungan antara batik tradisional dengan gaya milenial menjadi garis utama yang digambarkan kali ini. Siluet longgar dengan tampilan yang muda, dibuat agar dapat dikenakan oleh semua pria. "Desainnya yang streetwear dan kebesaran ini dibuat agar anak muda suka memakai batik, karena menjadi modern," kata Ong.

Semua koleksi ini dibuat dalam warna maroon, hijau emerald, biru denim, putih, hitam, jingga, dan nude. Penggunaan materialnya pun dipilih agar mudah dikenakan oleh siapapun seperti bahan katun dan sutra untuk batik, spandex denim, velvet, scuba, katun jersey, dan corduroy.

Ada sekitar 24 koleksi yang kedua tampilkan dalam PIMFW 2018 ini. Zakaria Hamzah, perwakilan dari Alleira mengharapkan dengan kolaborasi ini mereka mendapatkan pasar baru lagi untuk koleksi batik mereka karena dapat dipakai oleh anak muda.

"Nama Batik Now itu maksudnya bukan motif batiknya, tetapi lebih ke arah desainnya yang untuk anak-anak zaman sekarang. Motif batiknya masih tetap manual dan gaya Indonesia," katanya. Dengan terus melestarikan batik gaya Indonesia, kolaborasi yang menggabungkan dua generasi dan dua negara ini dapat menjadi langkah batik untuk lebih dikenal lagi di Asia dan di dunia.

Sementara Parang Kencana menampilkan sebuah koleksi berjudul Torero yang terinspirasi dari kebudayaan Spanyol. Torero sendiri dalam bahasa Spanyol artinya menggambarkan semua pemain dalam olahraga adu banteng. Sama halnya dengannya Alleira Batik, Parang Kencana juga ingin menunjukan bahwa batik bisa menjadi busana yang modern.

"Jadi batik bisa dikombinasikan dengan budaya lain dengan tujuan supaya anak muda tahu kalau batik bisa menjadi sesuatu yang modern," ujar Meity Sutandi selaku Sales Marketing Director Parang Kencana. Ada tiga sequence dalam pagelaran yang mempertunjukan 30 koleksi ini, yang setiap sequencenya dipisahkan melalui warna.

Ada warna putih-moka, merah-biru, dan merah-hitam. Ia mengaku terinspirasi dari detail embroidery pada kostum bullfighter dengan perpaduan ornamen art nouveau, ornamen yang banyak diterapkan oleh seniman asal Spanyol.

"Karena tradisi adu banteng di Spanyol adalah budaya di sana, jadi kami ingin menunjukan batik juga budaya Indonesia. Matador pun setiap kali tampil tidak hanya ingin bertanding dan menang saja, tetapi juga tampilannya itu keren banget. Itu yang ingin kami tonjolkan, dengan memakai batik gak cuman gitu-gitu aja," jelasnya.

Bahan yang digunakan pada koleksi ini berupa velvet, viscose dan corduroy untuk menimbulkan kesan mewah khas matador. Ia mengaku sedikit mengalami kesulitan karena merancang dan membuat busana pria sedikit berbeda dengan busana wanita yang sering kali menjadi koleksi Parang Kencana.

Kalau busana pria, biasanya diberikan sedikit perbedaan misalnya entah dari potongan atau bahannya saja, akan mencolok perbedaannya. Berbeda dengan busana wanita yang biasanya akan terlihat perbedaannya jika dibubuhi oleh elemen-elemen atau detail yang lebih banyak. "Namun itu tantangannya, jadi lebih banyak mengeksplor," kata Meity.

Nyaman Dikenakan Pria-Wanita

Danjyo Hiyoji, sebagai salah satu brand milenial tampil menutup perhelatan panggung PIMFW 2018 bersama dengan No'om No'mi, membawakan koleksi denim yang berkolaborasi dengan Lee Cooper.

No'om No'mi menghadirkan koleksi terbarunya yang berjudul Indegenousity, yang membawakan label unisex pria (no'om) dan wanita (no'mi). Soetjipto Hoeijaja ingin memberikan sebuah tribue untuk penduduk asli dengan mengkolaborasikan motif tenun menjadi sesuatu yang segar.

"Tahun ini kami mengambil modern jeans yang dikombinasikan dengan bahan tradisional," katanya. Keseluruhan koleksi tersebut memberikan sentuhan modern dan tampilan khas streetwear dengan motif tenun Bali dan jeans kekinian. Ia tetap konsisten dalam rancangannya dengan menampilkan gaya yang kontemporer, eksentrik, dan dapat dikenakan oleh pria maupun wanita.

Danjyo Hiyoji membawakan koleksi Hip-Pop yang terdiri dari 20 koleksi dan terinspirasi oleh anak-anak skateboard. Dapat dilihat dalam koleksi ini, detail-detailnya menggunakan gambar-gambar monster yang terkesan unik dan menggemaskan, namun di lain pihak sedikit menyeramkan dan edgy.

Ia menggandeng visual artist untuk menggambarkan monstermonster tersebut di koleksi Hip- Pop ini.

Diungkap oleh Liza Mashita, desainer Danjyo Hiyoji, Hip-Pop merupakan koleksi pertama dari brand tersebut untuk mengolah bahan denim. Meskipun banyak tantangan, namun ia merasa sangat tertantang untuk mengolah bahan tersebut.

"Ketagihan mengolah denim, karena banyak sekali treatment denim yang belum dicoba," cerita Liza.

Ia banyak menggunakan detail pop up colour sehingga memberikan kesan eklektik, imajinatif, dan kekinian. Dengan menggunakan warna-warna neon seperti kuning, hijau, pink, Liza ingin memberikan siluet dan potongan yang kebesaran, koleksi ini membuat pemakainya menjadi terlihat maskulin. Tidak sedikit denimnya dibiarkan kasar dengan detail-detail jahitan keluar untuk memberikan detail sebagai DNA dari Danjyo Hiyoji.

gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top