![Kolaborasi Buku dan Teknologi](https://koran-jakarta.com/images/article/phph_jdul_resized.jpg)
Kolaborasi Buku dan Teknologi
![Kolaborasi Buku dan Teknologi](https://koran-jakarta.com/images/article/phph_jdul_resized.jpg)
Booktube Indonesia didirikan oleh Maggie Chen, Dhyn Hanarun dan Tiffany. Mereka berpandangan bahwa buku bukan sekedar bacaan konvensional namun melalui teknologi kecintaan terhadap buku dapat ditularkan. Sejak Juni 2016, komunitas yang berbasis di Indonesia mulai menyebarkan virus kecintaan terhadap buku.
Mereka lebih banyak bekerja melalui teknologi termasuk untuk memantau perkembangan anggotanya yang mengunggah video. Sehingga secara tidak langsung, anggota dituntut untuk mandiri dalam melakukan kegiatan. Jika beruntung, mereka dapat memperoleh sponsor dari penerbit maupun memiliki kedekatan dengan penulis. Meskipun begitu, teknologi tak membuat komunitas menutup diri. Mereka kerap bekerja sama dengan beberapa komunitas, seperti membaca buku di KRL dari Stasiun Kota sampai Stasiun Universitas Indonesia. Tujuannya tidak lain untuk menyebarkan virus membaca di kereta. din/E-6
Proses Sempurna Satu Unggahan Video
Ada beberapa take yang harus dilakukan dalam pembuatan content video. Pasalnya membuat content video untuk tayang 5 sampai 15 menit membutuhkan waktu panjang bahkan beberapa hari. Kesalahan selama pembuatan content video menjadi proses yang harus dijalani. Seperti yang dialami Kanaya Sophia, 32, ia memerlukan take (pengambilan gambar) minimal tiga kali.
"Aku belum selancar itu ngomong di depan kamera, minimal tiga kali take baru ngerasa cukup puas," ujar dia yang dihubungi Kamis (24/5). Setelah memperoleh hasilnya, Kanaya tampak berbicara lancar sepertihalnya seorang anchor berita. Padahal, proses pengambilan gambar membutuhkan waktu yang panjang Hal serupa dialami, Ayom Wratsangka, 23, ia membutuhkan beberapa kali take untuk pengambilan gambar. "Take videonya berulang kali, kadang sampai satu jam atau lebih," ujar dia.
Baru setelahnya, dia dapat memperoleh gambar sesuai keinginnan untuk diunggah ke channel-nya. Baik Kanaya maupun Ayom sepakat bahwa untuk membuat video membutuhkan persiapan. Kanaya yang mengggugah video satu sampai dua video setiap minggunya mengaku membutuhkan script sebelum berbicara di depan kamera.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya