Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kisah Rivalitas Para Jenderal TNI

Foto : Istimewa.
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Rivalitas antarjenderal sering didengar. Salah satu kisah persaingan antarperwira tinggi yang paling sohor mungkin cerita rivalitas antara dua jenderal ini, Prabowo Subianto dan Wiranto.

Puncak persaingan keduanya terjadi tahun 1998. Saat itu Prabowo memangku jabatan strategis sebagai Pangkostrad. Posisi Wiranto pun tak kalah strategis, bahkan berada di puncak hirarki militer sebagai Pangkalan ABRI (Tentara Nasional Indonesia/TNI sekarang-red).

Tapi sejarah akhirnya mencatat, Prabowo yang terlempar dari orbit militer. Karirnya tamat, karena diberhentikan dengan hormat, usai Prabowo menjalani Sidang Dewan Kehormatan Perwira (DKP).

Prabowo dianggap ikut bertanggung jawab dalam kasus penculikan para aktivis yang melibatkan tim Mawar, sebuah tim kecil beranggotakan prajurit Komandan Pasukan Khusus (Kopassus). Saat peristiwa penculikan terjadi Prabowo sedang memangku jabatan sebagai Danjen Kopassus.

Nah, soal rivalitas atau perseteruan antarjenderal, ada kisah menarik lainnya tentang Prabowo. Ternyata Prabowo tak hanya berseteru dengan Wiranto. Jauh sebelum itu, Prabowo juga berseteru dengan Jenderal Benny Moerdani.

Bahkan dalam buku Perjalanan Seorang Prajurit Komando, yang ditulis Hendro Subroto (2009), Letnan Jenderal Sintong Panjaitan berkisah saat masih jadi Wakil Komandan Satuan Anti Teror Kopassus, Prabowo yang ketika itu berpangkat Kapten sempat akan menculik Jenderal Benny, karena dianggap bakal mendongkel Suharto dari kursi Presiden. Atau dalam kata lain, Prabowo menganggap Benny hendak melakukan kudeta. Meski rumor itu tak terbukti.

Tentang perseteruan Prabowo dengan Jenderal Benny, Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen, eks Kepala Staf Kostrad di era Prabowo jadi Pangkostrad, punya kisah lain yang tak kalah menarik.

Menurut Kivlan dalam bukunya Konflik dan Integrasi TNI AD, pasca gagalnya rencana 'penculikan' Jenderal Benny, Prabowo lebih hati-hati dalam menghadapi kelompok Benny.

Pada Agustus 1985, Prabowo yang ketika itu berpangkat Mayor, menurut Kivlan menggelar pertemuan dengan beberapa perwira yang jadi koleganya. Para perwira yang diajak bertemu antara lain, Mayor Ismed Yuzairi, Mayor Sjafrie Sjamsoeddin, Mayor GlenKairupan, dan Kivlan sendiri.

Dalam pertemuan di rumah di Jalan Lembang, diputuskan langkah penguatan menghadapi Benny.Diperlukan perwira yang bisa menandingi Benny.

Maka Prabowo and the gank pun mulai melakukan pendekatan ke beberapa jenderal. Salah satunya yang didekati adalah Mayor Jenderal Faisal Tandjung yang saat itu menjabat sebagai Komandan Seskoad.

Jenderal lainnya yang didekati adalah Mayor Jenderal R Hartono, Pangdam Brawijaya saat itu. Kata Kivlan, menjelang sidang umum MPR 1988, terdengar rumor bahwa Benny mengincar posisi Wakil Presiden.

Menurut Kivlan untuk memuluskan itu, Benny telah merancang strategi dan rencana. Fraksi ABRI di MPR akan digunakan sebagai senjata utama memuluskan langkah Benny. Tapi rencana itu kata Kivlan, tercium oleh Prabowo.

Niat Benny jadi Wapres pun kata Kivlan gagal karena laporan Prabowo pada Soeharto. Sampai kemudian Benny dicopot dari jabatan sebagai Panglima ABRI dan oleh Soeharto digeser jadi Menteri Pertahanan. Tapi meski sudah tak jadi Panglima pengaruh Benny masih kuat.

Khawatir kelompok Benny membuat ulah yang akan kacaukan sidang MPR, Prabowo menurut Kivlan sampai menyiapkan 1 Batalyon Kopassus, Batalyon Infanteri Linud 328, Batalyon Infanteri 303, Batalyon Infanteri 321, dan Batalyon Infanteri 315. Pasukan ini dipersiapkan untuk melakukan kontra kudeta. Ternyata tak ada kudeta.

Masuk ke tahun 90-an, posisi politik Habibie naik. Soeharto pun lebih dekat dengan kelompok Islam. Di era ini pula muncul istilah ABRI Hijau dan ABRI Merah Putih. Kubu ABRI Hijau dimotori oleh Jenderal Faisal Tandjung dan Jenderal Hartono. Tentu dengan dukungan Prabowo Subianto.

Faisal pun dikenalkan pada Habibie yang ketika itu sudah jadi orang dekat Soeharto. Perlahan karirnya naik. Faisal jadi Kepala Staf Umum ABRI untuk kemudian menjadi Panglima ABRI. Karir Jenderal R Hartono juga ikut terkerek. Sempat jadi Kepala Staf Politik ABRI, selanjutnya jadi Kepala Staf TNI AD. Karir Prabowo juga ikut meroket.

Jenderal Benny pun kian tersingkir. Apalagi setelah Habibie naik menjadi Wakil Presiden. Benny semakin jauh dari Soeharto. Tapi ironisnya, di era Habibie pula, menurut Kivlan, karir Prabowo habis. Padahal, Prabowo sedikit banyak membantu Habibie saat naik menjadi Wapres.ags/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top