Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kisah Langka, Seorang Kolonel TNI Menolak Kenaikan Pangkat Jadi Brigjen yang Ditawarkan Presiden

Foto : Istimewa

Kolonel KKO Bambang Widjanarko.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bagi seorang tentara, naik pangkat adalah mimpi yang selalu ditunggu-tunggu. Di nanti setiap saat.

Soal naik pangkat bagi seorang tentara, ada satu kisah menarik. Cerita menarik ini soal kisah seorang Kolonel KKO Marinir yang justru menolak kenaikan pangkat yang ditawarkan Presiden, Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata.

Kolonel tersebut bernama Bambang Widjanarko. Nah, kisah Kolonel Bambang menolak tawaran kenaikan pangkat yang diajukan Presiden ini terjadi saat Bambang masih menjadi salah satu ajudan Presiden pertama RI, Soekarno atau Bung Karno.

Dalam bukunya, Sewindu Dekat Bung Karno, Kolonel Bambang Widjanarko mengisahkan, saat ia jadi ajudan Presiden Soekarno, beberapa kali mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Sesko TNI. Tentu bagi seorang perwira menengah mendapatkan kesempatan masuk Sesko ibarat mendapat tiket untuk jadi perwira tinggi.

Setelah ikut Sesko, bintang jenderal akan mampir di pundak. Maka, Bambang pun menyampaikan kepada Bung Karno, bahwa ia mendapat kesempatan masuk Sesko TNI. Tapi, apa jawaban Bung Karno. Ia tak diizinkan. Bahkan Petinggi TNI AL dipanggil Presiden agar membatalkan kesempatan Bambang ikut pendidikan Sesko.

Kesempatan pertama masuk Sesko pun akhirnya gagal. Sampai kemudian kesempatan itu datang lagi. Tapi, lagi-lagi Bung Karno tak mengizinkan. Alasannya, ia masih membutuhkan Bambang sebagai ajudan. Sampai tiga kali kesempatan itu datang. Namun Presiden bersikukuh tak mengizinkan.

Satu waktu, Bung Karno menanyakan kepada Bambang kenapa dia begitu ingin masuk Sesko. Bambang pun menjawab, bahwa masuk Sesko adalah proses baku bagi seorang perwira menengah untuk naik kelas jadi perwira tinggi. Ibaratnya, Sesko itu seperti tiket untuk menjadi jenderal.

Mendengar itu, Bung Karno mengatakan, sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata, ia bisa menaikan pangkat ajudannya kapan saja.

"Siapa bilang bahwa hanya lulusan Sesko yang bisa jadi jenderal? Yang mengangkat orang jadi jenderal adalah saya, Pangti ABRI. Kamu sekarang berpangkat Kolonel, nanti bulan Agustus saya naikkan pangkatmu jadi Brigjen. Menurut saya tanpa masuk Sesko, kamu memang telah pantas jadi Brigjen mengingat prestasi dan dedikasimu," kata Bung Karno ketika berbincang dengan ajudannya Kolonel Bambang, seperti ditulis Bambang dalam bukunya.

Mendengar itu, bukan senang, Bambang justru menolak tawaran kenaikan pangkat dari Bung Karno. Kolonel Bambang coba memberi pemahaman kepada Bung Karno, bahwa jika itu dilakukan, melanggar aturan baku yang berlaku di Angkatan Bersenjata. Selain, ini akan jadi bahan cemoohan pada dirinya karena naik pangkat dengan cara yang tak biasa.

Awalnya Presiden terperanjat mendengar penolakan Bambang. Namun setelah diuraikan panjang lebar, Bung Karno memahaminya. Sampai kemudian peristiwa G30S PKI meletus. Setelah itu, perlahan kekuasaan Bung Karno melemah.

Bambang menulis, antara tahun 1966 dan 1967, pimpinan TNI AL kembali menawari Bambang kesempatan masuk Sesko. Kali ini Bambang yang menolak. Bambang memilih tetap jadi ajudan Bung Karno. Alasannya, tak elok meninggalkan Bung Karno yang tengah menghadapi cobaan berat.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top