Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kisah Jenderal Bintang Dua Kostrad yang Pernah Akan Menangkap Amien Rais

Foto : Istimewa.
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA- Bulan Mei 1998, menyimpan catatan kelam dan juga tonggak sejarah penting. Di bulan itu, terjadi kerusuhan besar di Ibu Kota. Dan di bulan itu pula, penguasa yang telah berkuasa 32 tahun lamanya lengser.

Kerusuhan yang melanda dan membakar ibukota itu sendiri dipicu oleh tertembaknya mahasiswa Universitas Trisakti saat berdemonstrasi. Setelah itu situasi Ibu Kota Jakarta makin tak karuan. Kerusuhan pun meletus. Banyak korban jiwa jatuh. Tak terhitung kerugian harta benda.

Presiden Soeharto yang saat itu berada di Mesir memutuskan pulang lebih cepat. Desakan agar Presiden mundur kian mengeras. Awalnya Soeharto bergeming tak mau mundur cepat-cepat. Bahkan seperti buying time, Soeharto menyatakan akan membentuk kabinet reformasi sembari mempersiapkan pemilu yang dipercepat.

Niat Soeharto itu pun ditentang para oposan dan para demonstran. Mereka tetap Soeharto harus mundur secepatnya. Amien Rais, salah satu tokoh sentral yang getol mendesak Soeharto turun kian tak sabar.

Amien pun merancang demonstrasi besar-besaran. Rencananya demo gede-gedean itu akan digelar pada 20 Mei dan dipusatkan di Monumen Nasional (Monas).

Rupanya tentara tak setuju dengan niat Amien. Dalam buku Perang Panglima: Siapa Mengkhianati Siapa? yang ditulis Femi Adi Soempeno dan AA Kunto A, Mayor Jenderal Kivlan Zen yang saat itu menjadi Kepala Staf Kostrad telah bersiap-siap menyambut pendemo. Kivlan mengaku akan berusaha mati-matian mencegah demo yang dirancang Amien Rais itu.

Bahkan Kivlan meminta Prabowo Subianto yang saat itu jadi Pangkostrad bertemu Amien Rais dan membujuk Ketua Muhammadiyah itu membatalkan aksi demonya. Jika tidak, kata Kivlan, ia telah memerintahkan pasukannya membawa peluru tajam.

"Dia (Amien Rais) bisa ditembak anak buah saya atau saya tangkap," kata Kivlan.

Tidak hanya membekali pasukan dengan peluru tajam, Kivlan juga menyiapkan tank dan panser yang ditempatkan di pusat kota, terutama sekitar Monas. Dan ini perintah Kivlan pada pasukannya saat itu yang bikin ngeri, jika demonstrasi gede-gedean itu jadi digelar.

"Lindas mereka yang memaksa masuk Monas dengan tank," kata Kivlan seperti dikutip dalam buku Perang Panglima: Siapa Mengkhianati Siapa?

Untungnya demo gede-gedean batal digelar. Dini hari, Amien Rais membatalkan rencana berdemo di Monas. ags/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top