Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kiprah Positif Pengembangan Pendidikan Vokasi Indonesia

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Romo Casutt, SJ: Dalam Senyap Bangun Pendidikan Vokasi Indonesia

Penulis : A Bobby Pr

Penerbit : Kompas

Cetakan : Pertama, 2018

Tebal : xxii + 314 halaman

ISBN : 978-602-412-352-9

Ketika tahun 1971, pastor kelahiran Swiss, Johann Balthasar Casutt SJ, dialihtugaskan untuk memimpin Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI), Solo, dia cukup terkejut. Tak ada pengetahuan bidang teknik atau permesinan. Selama ini hanya teologi dan filsafat yang dipelajari. Namun berbekal ilmu 4M: melihat, mendengar, merasakan, dan memikirkan, Romo berpostur jangkung dan kurus itu menjalankan ketaatannya sebagai anggota Jesuit.

Indonesia menjadi tanah misinya untuk berkarya sebagai biarawan Serikat Jesus (SJ). Sebelum menawarkan praksis pendidikan vokasional yang ideal terutama di bidang teknik melalui ATMI, pria yang lahir 24 Januari 1926 ini juga sempat mengajar di Seminari Mertoyudan, Magelang dan memimpin Asrama Realino, Yogyakarta.

Realita dan tantangan dalam pendidikan vokasi Indonesia, masyarakat masih terbuai gelar akademik serta lembaga pendidikan lebih mengedepankan teori. Padahal lebih penting untuk memenuhi kebutuhan dunia industri yang ketika itu mulai bergulir era Orde Baru dengan lulusan berketerampilan tinggi dan siap terjun di lapangan.

Kondisi Swiss yang sistem pendidikannya diadaptasi oleh ATMI, pemerintah dan dunia industri bahumembahu memberi kesempatan besar pada pelajar atau mahasiswa untuk praktik langsung di bengkel-bengkel perusahaan. Dunia industri berpengaruh besar untuk menentukan kemampuan pendidikan vokasi yang 70 persennya praktik. Hasilnya, meski dengan wilayah dan sumber daya alam tak melimpah, Swiss mampu menjelma menjadi negara industri maju yang menghasilkan produkproduk terbaik di dunia.

Melalui profilnya yang irit bicara, kebapakan, dan selalu memberi teladan, Romo Casutt menegakkan lima nilai utama dalam membangun ATMI sebagai institusi pendidikan vokasi berkualitas. Kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, inovatif, serta kejujuran diharapkan menjadi pondasi kuat menghasilkan mahasiswa yang memiliki competentia (keunggulan), concientia (tanggung jawab moral), dan compatio atau cinta kasih dan kepedulian (hlm 231).

"Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan" (hlm 127). Prinsip hidup tersebut bergema ketika donasi luar negeri terhadap ATMI berhenti mengalir. Ujian tersebut malah melahirkan pola pendidikan teknik berbasis produksi di ATMI. Bengkel kampus menjadi tempat praktik mahasiswa sekaligus pabrik penghasil produk-produk berkualitas sesuai dengan standar dunia industri. Awalnya, perkakas-perkakas sederhana berpresisi tinggi dijual ke toko-toko. Lalu, merambah ke komponen mesin produksi untuk pabrik-pabrik.

Tak hanya masalah finansial teratasi, kualitas pendidikan pun meningkat seiring pesanan produk bertambah. Ini menjadi iklim pendidikan yang baik untuk membangun kepercayaan kalangan industri. Capaian Romo Casutt mengembangkan ATMI melalui konsep Production Based Education and Training (PBET) mendorong Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, Wardiman Djojonegoro, melibatkannya dalam pengembangan pendidikan vokasi Indonesia.

Pendampingan diberikan untuk membenahi STM. Guru-guru praktik STM diberikan pelatihan-pelatihan di ATMI untuk meningkatkan kreativitas dan motivasi mengajar. Siswa- siswa diberi uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat guna mencari pekerjaan. ATMI memelopori berdirinya pendidikan politeknik berbagai bidang di perguruan-perguruan tinggi.

Kiprah tanpa gembar gembor membuat sumbangsihnya lebih banyak diketahui kalangan industri. Sosoknya yang rela meninggalkan kemapanan di negaranya dan hidup bersahaja untuk memajukan pendidikan tanah air keduanya, Indonesia, mampu melecutkan nasionalisme generasi-generasi muda untuk berkarya lebih giat bagi negerinya.

Dari 30 tahun pengabdiannya untuk pendidikan vokasi Indonesia melalui ATMI, Romo Casutt yang wafat pada 24 Agustus 2012 menilai harus ada kerja sama pemerintah dan swasta mengelola pendidikan vokasi. Pemerintah menyelenggarakan pendidikan vokasi. Sementara itu, swasta memberi tempat untuk praktik dan magang siswa. Hal ini dapat menekan biaya pendidikan, pengangguran, dan kemiskinan. Negara pun dapat lebih berkembang (hlm 250-251).

Diresensi Anindita Arsanti, Alumna UPN Veteran Yogyakarta

Komentar

Komentar
()

Top