Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik Korea I Korut Minta AS Hentikan Kebijakan Permusuhan

Kim Jong-nam Informan CIA

Foto : AFP/ JUNG Yeon-Je

Informan CIA l Warga Seoul, Korea Selatan, sedang menyaksikan berita mengenai pembunuhan saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, yang bernama Kim Jong-nam, di sebuah monitor televisi di sebuah stasiun kereta di Seoul, pada 14 Februari 2017 lalu. Harian WSJ edisi Selasa (11/6) melaporkan bahwa Kim Jong-nam, adalah informan bagi salah satu badan intelijen pemerintah federal Amerika Serikat, CIA.

A   A   A   Pengaturan Font

Wall Street Journal edisi Selasa (11/6) menulis bahwa saudara tiri laki-laki pemimpin Korut yang bernama Kim Jong-nam, adalah informan CIA. Laporan itu dipublikasikan setahun setelah KTT AS-Korut di Singapura.

SEOUL - Harian Wall Street Journal (WSJ) edisi Selasa (11/6) mewartakan bahwa Kim Jong-nam, saudara tiri laki-laki pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, yang terbunuh di Malaysia pada 2017, adalah seorang informan untuk salah satu badan intelijen pemerintah federal Amerika Serikat, CIA.

"Kim Jong-nam telah bertemu dengan para agen CIA beberapa kali," lapor surat kabar itu yang mengutip keterangan seorang narasumber yang amat mengetahui tentang masalah ini. "Ada hubungan antara Kim Jong-nam dan CIA," menurut narasumber yang enggan disebutkan jati dirinya itu.

WSJ pun menuliskan banyak rincian hubungan antara Kim Jong-nam dengan CIA hingga saat ini masih belum terungkap. "Beberapa mantan pejabat AS mengatakan Kim Jong-nam, yang telah tinggal di luar Korut selama bertahun-tahun dan tidak memiliki basis kekuatan yang dikenal di Pyongyang, tidak mungkin dapat memberikan rincian tentang rahasia dalam negeri Korut," tulis WSJ.

Narasumber WSJ itu mengatakan bahwa Kim Jong-nam melakukan perjalanan ke Malaysia pada Februari 2017 untuk bertemu dengan kontak CIA-nya, tetapi itu mungkin bukan satu-satunya tujuan dari perjalanannya.

Kim Jong-nam, yang pernah disebut-sebut sebagai pewaris kepemimpinan Korut, tewas setelah wajahnya diperciki dengan racun saraf VX saat ia menunggu di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, pada 13 Februari 2017. Pembunuhan bergaya Perang Dingin itu membuat kehebohan di seluruh dunia.

Dua pelaku perempuan dari Vietnam dan Indonesia bernama ditangkap dan didakwa atas pembunuhan terhadap Kim Jong-nam. Mereka bersikeras bahwa mereka telah diperdaya oleh agen-agen Korut untuk melakukan pembunuhan itu dan mereka mengira itu adalah sebuah lelucon di acara TV.

Jaksa penuntut dari Malaysia akhirnya membatalkan dakwaan pembunuhan terhadap mereka dan Siti Aisyah dari Indonesia dibebaskan pada Maret tahun ini, sementara rekannya dari Vietnam yang juga turut didakwa, Doan Thi Huong, dibebaskan Mei lalu.

Korea Selatan (Korsel) menuduh Korut memerintahkan pembunuhan itu, yang segera dibantah oleh Pyongyang.

Setahun KTTSingapura

Laporan WSJ itu muncul di tengah kebuntuan dalam pembicaraan antara Amerika Serikat (AS) dan Korut mengenai senjata nuklir Pyongyang.

Kim Jong-un bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump, untuk pertemuan puncak bersejarah pertama di Singapura setahun lalu, tetapi pertemuan kedua mereka di Hanoi pada Februari tahun ini gagal setelah keduanya tak menyetujui kesepakatan mengenai denuklirisasi.

Terkait setahun KTT bersejarah di Singapura, Korut pada Selasa meminta AS untuk menghentikan kebijakan permusuhannya. "Pernyataan bersama dari pertemuan Singapura yang sangat bersejarah sekarang di ambang kehancuran karena berubah menjadi dokumen tak berarti setelah AS menolak implementasinya," kata seorang pejabat Korut itu seperti dilaporkan kantor berita KCNA.

Pejabat Korut itu menambahkan bahwa kebijakan AS yang "arogan dan sepihak" tidak akan pernah berlaku bagi Korut. "Korut pun memiliki batas kesabaran. Sekarang saatnya bagi AS untuk menghentikan kebijakan bermusuhannya," pungkas pejabat itu. SB/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top