Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Khawatir Terseret Orbit Beijing, Negara-negara Pasifik Tolak Proposal Kerjasama Keamanan Tiongkok

Foto : Samoa Observer/AFP

Foto dirilis Samoa Observer pada 28 Mei 2022 menunjukkan Kepala Kemelu dan Perdagangan Samoa Peseta Noumea Simi (kiri) dan Dubes Tiongkok untuk Samoa Chao Xiaoliang menandatangani perjanjian bilateral disaksikan Menlu Tiongkok Wang Yi dan Perdana Menteri Samoa Fiame Naomi Mataafa di Apia.

A   A   A   Pengaturan Font

SUVA - Dialog antara Menteri Luar Negeri Tiongkok dengan menlu dari 10 negara pulau Pasifik gagal mencapai kesepakatan bidang keamanan pada Senin (30/5) setelah adanya peringatan keras bahwa proposal akan menyeret kawasan masuk ke dalam "orbit Beijing".

Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi melakukan pembicaraan dengan pemimpin dan pejabat tinggi dari sepuluh negara pulau Pasifik pada Senin. Dialog tersebut sebagai bagian dari gempuran diplomatik regional Tiongkok yang telah menyita perhatian Barat.

Mengutip AFP, Channel News Asia melaporkan, Senin (30/5), pertemuan yang dilakukan virtual mendiskusikan proposal-proposal Tiongkok (yang bocor) untuk meningkatkan keterlibatannya dalam bidang keamanan, ekonomi dan politik di kawasan Pasifik Selatan.

"Seperti biasa, kita menempatkan konsesus di awal," kata Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama yang bertindak sebagai pemandu pertemuan. Pernyataan yang diungkapkannya setelah pertemuan itu mengindikasikan perlunya kesepakatan yang lebih luas sebelum menorehkan kesepakatan regional baru.

Wang berada di ibukota Fiji, Suva, untuk memandu pertemuan virtual dengan para menteri luar negeri kawasan itu yang sebagian besar merupakan pemimpin di negara-negara pulau itu.

Di atas meja ada kesepakatan rahasia, yang diterima AFP, yang berisi Tiongkok akan melatih polisi lokal, terlibat dalam keamanan siber, melakukan ekspansi hubungan politik, melakukan pemetaan laut, dan memperoleh akses yang lebih besar ke sumber daya alam di darat dan di laut.

Sebagai daya tariknya, Beijing menawarkan jutaan dolar bantuan keuangan, prospek kesepakatan perdagangan bebas antara Tiongkok dan negara -negara Pasifik, dan akses ke pasar Tiongkok yang besar yakni ke 1,4 miliar penduduk.

Hanya negara-negara Pasifik yang mengakui Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok yang menghadiri pertemuan hari ini, termasuk negara yang telah dikunjungi Menlu Wang pada perhentian regionalnya: Solomon, Kiribati, Samoa, dan Fiji.

Proposal tersebut diajukan ketika Beijing dan Washington beserta sekutunya berlomba memperluas pengaruhnya di kawasan Pasifik yang strategis.

Menyeimbangkan Hubungan

Para analis mengatakan, kesepakatan ini tidak mungkin disetujui secara bulat oleh para pemimpin negara-negara Pasifik hari ini.

Perjanjian keamanan yang baru saja ditandatangani antara Kepulauan Solomon dan Tiongkok telah menimbulkan kegelisahan di kawasan. Biasanya yang menjadi kegelisahan kawasan adalah perubahan iklim.

"Solomon menjadi orang asing, tidak ada kepentingan yang mendesak," kata Richard Herr, akademisi dari Universitas Tasmania yang berpengalaman bekerja di negara Pasifik selama puluhan tahun.

"Kawasan ini masih ragu bila dibawa masuk ke dalam persaingan geostrategis," katanya.

Sudah ada yang mundur dari proposal Beijing, termasuk Presiden Federasi Negara Micronesia David Panuelo. Panuelo telah memperingatkan para pemimpin Pasifik bahwa proposal tersebut akan merusak perdamaian, keamanan, dan stabilitas kawasan.

Presiden Palau, negara Pasifik yang menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan mengatakan kepada ABC, Senin (30/5), bahwa kawasan Pasifik harusnya mengkhawatirkan kesepakatan yang diajukan.

Negara-negara Barat sudah siap menentang kesepakatan itu. Departemen Luar Negeri AS memperingatkan kawasan Pasifik untuk waspada terhadap tawaran-tawaan yang tidak jelas dari Tiongkok.

Australia bergabung dengan AS mendesak negara-negara Pasifik Selatan untuk menyingkirkan usaha Tiongkok memperluas keamanannya di kawasan. Menlu Australia memperingatkan tentang konsekuensi tawaran-tawaran semacam itu.

Namun banyak negara di kawasan bersemangat untuk menjalin ikatan dengan Tiongkok. Mereka ingin menyeimbangkan hubungan negaranya dengan Beijing dan Washington.

Jadi belum jelas benar apa yang ingin dikatakan para pemimpin Pasifik pada pertemuan dengan Wang, Senin ini, atau dalam pertemuan bilateral tertutup dengan Tiongkok.

"Sulit dipercaya, Menlu Tiongkok akan datang ke kawasan lalu disuruh pulang lagi," kata Herr.

"Pasti akan memalukan. Setiap diplomat Tiongkok di kawasan ini akan melakukan itu."

Kekuatan Tradisional

Pada Minggu, Wang mengatakan, Beijing ingin bekerja bersama kekuatan utama lainnya di kawasan Pasifik untuk membantu negara-negara ini berkembang.

"Tiongkok ingin melakukan kerjasama tripartit dengan negara lainnya, khususnya negara yang secara tradisional memiliki pengaruh di kawasan," katanya saat bertemu dengan Sekjen Forum Pulau-pulau Pasifik Henry Puna.

Dia mendeskripsikan perjalanannya di kawasan Pasifik sebagai "perjalanan perdamaian, persahabatan dan kerjasama," demikian pernyataan Kemlu Tiongkok.

Wang tetap berada di ibukota Fiji sampai Selasa, bertemu dengan para pemimpin di kawasan dan memandu pertemuan kedua antara para menlu negara-negara pulau Pasifik dengan Tiongkok.

Menlu Tiongkok akan berkunjung ke Vanuatu, Papua Nugini, dan Tongga, hanya beberapa bulan setelah negara-negara itu dilanda gempa dan tsunami.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : CNA

Komentar

Komentar
()

Top