Ketua NATO: Russia Dukung Program Nuklir Korut
Presiden Russia, Vladimir Putin, memperlihatkan dokumen pakta pertahanan bersama usai mereka teken di Pyongyang pada 19 Juni lalu. Pada Kamis (5/12), kantor berita KCNA melaporkan bahwa pakta pertahanan bilateral itu
Foto: AFP/Sputnik/Kristina Kormilitsyna[ - On Line] [Tayang jam 02.20]
BRUSSELS – Ketua NATO, Mark Rutte, pada Rabu (4/12) mengatakan bahwa Russia telah memberikan dukungan kepada program misil dan nuklir Korea Utara (Korut) sebagai imbalan atas pengiriman pasukan Pyongyang untuk berperang dengan Ukraina.
Sebelumnya Ukraina dan sekutunya mengatakan Korut telah mengirim tentara ke Russia untuk bertempur bersama pasukan Moskwa di wilayah Kursk.
Oleh karena itu, Rutte mendesak anggota NATO untuk mengirim cukup senjata ke Ukraina untuk mengubah arah konflik sementara pasukan Russia memperoleh kemajuan di sepanjang garis depan.
"Sebagai imbalan atas pasukan dan senjata, Russia memberi Korut dukungan untuk program misil dan nuklirnya," kata Rutte setelah pertemuan menteri luar negeri NATO.
“Kita harus memberikan dukungan yang cukup untuk mengubah arah konflik ini untuk selamanya. Kami membahas apa yang dapat dilakukan lebih banyak sekutu untuk menyediakan amunisi penting dan pertahanan udara,” imbuh dia seraya menegaskan bahwa perkembangan ini dapat mengganggu stabilitas di Semenanjung Korea dan bahkan mengancam Amerika Serikat (AS).
Rutte juga mengatakan bahwa meningkatnya aliansi Russia, Tiongkok, Korut, dan Iran, menyoroti sifat global dari ancaman yang NATO hadapi, termasuk meningkatnya bahaya perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Berlakunya Pakta
Sementara itu kantor berita Korut, KCNA, pada Kamis (5/12) melaporkan bahwa pakta pertahanan penting antara Korut dan Russia yang ditandatangani oleh para pemimpinnya pada Juni lalu, telah berlaku setelah kedua pihak bertukar dokumen ratifikasi.
Pemimpin Korut, Kim Jong-un, dan Presiden Russia, Vladimir Putin, menandatangani kesepakatan kemitraan strategis selama kunjungan kepala Kremlin ke Pyongyang. Perjanjian ini mewajibkan kedua negara untuk memberikan bantuan militer tanpa penundaan jika terjadi serangan terhadap negara lain, dan bersama-sama menentang sanksi Barat.
“Perjanjian tersebut mulai berlaku pada Rabu, ketika dokumen ratifikasi dipertukarkan di Moskwa oleh wakil menteri luar negeri kedua negara, Kim Jong Gyu dan Andrei Rudenko,” lapor KCNA.
“Perjanjian itu akan berfungsi sebagai kekuatan pendorong yang kuat dalam mempercepat pembentukan tatanan dunia multipolarisasi yang independen dan adil tanpa dominasi, penaklukan, dan hegemoni," imbuh kantor berita Korut itu.
Korut dan Russia diketahui telah memperkuat hubungan militer mereka sejak invasi Moskwa ke Ukraina pada Februari 2022. Saat ini kedua negara tersebut berada di bawah serangkaian sanksi PBB, yang pertama karena program senjata nuklirnya dan yang terakhir karena konflik Ukraina. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Setelah Trump Ancam Akan Kenakan Tarif Impor, Akhirnya Kolombia Bersedia Terima Deportasi dari AS
- 2 Diancam Trump, Kolombia Akhirnya Bersedia Terima Penerbangan Deportasi dari AS
- 3 Korban Mutilasi Cantik dan Seksi, Polisi Periksa Hotel di Kediri
- 4 Diprediksi Berkinerja Mocer 2025, IHSG Sepanjang Tahun Ini Menguat 1,22 Persen
- 5 Gerak Cepat, Polisi Temukan Potongan Kaki Korban Mutilasi di Ponorogo
Berita Terkini
- Korban Kebakaran Pesawat di Busan Bertambah Jadi 7 Orang
- Akhirnya AP Indonesia Pastikan Akses Menuju Bandara Soetta Kembali Normal
- Ratusan Orang di Rorotan Diungsikan Memakai Truk Peti Kemas
- Gempa Bumi Magnitudo 5,1 Kembali Guncang Kolaka Timur
- Yang Mau Naik Busway Simak Ini, Transjakarta Rekayasa Rute Terkait Banjir di Sebagian Jakarta