Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Keterlaluan Ganas! Bentrok Antar Suku Bakar 20 Desa dan Tewaskan 100 Orang di Negara Islam Ini, Banyak yang Belum Ditemukan

Foto : Istimewa

Bentrokan suku di provinsi Darfur yang dilanda perang di Sudan telah menewaskan sekitar 100 orang.

A   A   A   Pengaturan Font

Setidaknya 100 orang tewas dalam bentrokan antar suku yang terjadi di Darfur, Sudan selama seminggu terakhir. Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) dan seorang tetua suku pada Senin (13/6) mengatakan bentrokan itu menjadi gelombang kekerasan terbaru di wilayah yang bergolak di Sudan tersebut.

koordinator UNHCR, Toby Harward, mengatakan bentrokan itu berkembang dari sengketa tanah antara suku-suku Arab dan Afrika yang menempati kota Kulbus di provinsi Darfur Barat. Milisi Arab lokal dilaporkan menyerang beberapa desa di daerah itu, memaksa ribuan orang mengungsi, seperti dilaporkan Arab News. Seorang pejabat setempat, Abbas Mustafa, bahkan menuturkan pertempuran seminggu terakhir membuat sedikitnya 5.000 keluarga mengungsi.

Abkar Al-Toum, seorang pemimpin suku di Kulbus, mengatakan sedikitnya 62 jenazah korban tewas ditemukan dalam kondisi terbakar, setelah milisi membakar lebih dari 20 desa. Dia mengatakan masih banyak orang yang belum ditemukan. Al-Toum mengklaim para penyerang menguasai sumber daya air yang memperburuk situasi kemanusiaan di daerah tersebut.

Sementara, Harward menyerukan "pasukan gabungan netral" untuk memberikan perlindungan bagi warga sipil di daerah Kulbus.

"Jika tidak ada intervensi atau mediasi, dan kekerasan dibiarkan berlanjut, petani tidak akan bisa bercocok tanam dan musim pertanian akan gagal," katanya dalam serangkaian posting di Twitter, seperti dikutip Arab News.

Utusan PBB untuk Sudan, Volker Perthes, mengatakan dia "terkejut lagi" oleh bentrokan di Kulbus.

"Siklus kekerasan di Darfur tidak dapat diterima & menyoroti akar penyebab yang harus ditangani," katanya di Twitter.

Arab News menuturkan, letusan kekerasan suku dan gelombang pertempuran di Darfur telah menewaskan ratusan orang sejak akhir tahun lalu.

Pada tahun 2020, Dewan Keamanan PBB mengakhiri misi penjaga perdamaiannya di sana. Namun, pekerja bantuan lokal telah meminta PBB untuk mengerahkan kembali pasukan penjaga perdamaian ke wilayah tersebut dalam beberapa bulan terakhir, di tengah kekerasan suku yang pasti terjadi.

Konflik Darfur sendiri dimulai pada tahun 2003. Saat itu etnis Afrika di daerah itu memberontak, menuduh pemerintah yang didominasi Arab di ibu kota Khartoum melakukan diskriminasi. Pemerintah Al-Bashir dituduh membalas dengan mempersenjatai suku-suku Arab nomaden lokal dan melepaskan milisi yang dikenal sebagai janjaweed pada warga sipil di sana, yang kemudian dibantahnya.

Al-Bashir, yang telah dipenjara di Khartoum sejak ia digulingkan dari kekuasaan pada 2019, telah didakwa lebih dari satu dekade lalu oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukannya di Darfur, seperti dikutip Arab News.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top