Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Defisit Transaksi Berjalan

Keterkaitan Antarindustri Masih Lemah

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta- Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan mendatang. Karenanya, dibutuhkan strategi khusus untuk mengatasi permasalahan tersebut.

"Dalam lima tahun ke depan perlu ada perubahan transformasi secara struktural untuk mengatasi defisit transaksi berjalan," ujar Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal di Jakarta, Jumat (28/6).

Cara mengatasinya, menurut dia, adalah dengan memperbaiki dan menata industri manufaktur. Salah satu masalah defisit perdagangan yang saat ini masih terjadi adalah karena lemahnya ekspor, sementara ketergantungan impor terhadap luar negeri masih sangat tinggi.

"Sehingga ketika ingin mendorong program seperti infrastruktur harus diikuti dengan kenaikan impor secara besar-besaran," imbuhnya.

Lebih lanjut, Faisal menegaskan bahwa hal itu disebabkan oleh lemahnya keterkaitan antara industri satu dengan yang lain, baik industri yang ada di hulu, hilir maupun perantara. "Begitu juga keterkaitan antara industri yang besar dan industri yang kecil," katanya.

Karena itu, keterkaitan antara industri di dalam negeri harus diperkuat dengan cara memperbaiki infrastruktur yang mengakomodasi mobilitas antar industri.

Seperti diketahui, defisit neraca transaksi berjalan saat ini masih melebar. Data terbaru BI menunjukkan defisit neraca transaksi berjalan tercatat sebesar tujuh miliar dollar AS pada triwulan I-2019 atau sebesar 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Defisit itu meningkat dibandingkan periode sama 2018 sebesar 5,5 miliar dollar. Namun, capaian tersebut di bawah catatan CAD pada triwulan IV-2018 sebesar 9,2 miliar dollar AS atau sebesar 3,6 persen dari PDB.

Kurangi Impor

Pemerintah mengakui salah satu penyebab tingginya CAD pada triwulan I 2019 adalah impor migas. Karenanya, penggunaan migas produksi dalam negeri ini akan mampu mengurangi baik ekspor maupun impor migas dalam waktu dekat.

"Pertamina sepertinya sudah bisa mengolah crude oil (minyak mentah) menjadi avtur dan solar sesuai kebutuhan dalam negeri dari segi jumlah maupun kualitas," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, beberapa waktu lalu.

Dia menambahkan upaya ini dilakukan sejalan dengan kebijakan lain untuk meningkatkan ekspor nonmigas yang selama ini belum sepenuhnya membantu penguatan neraca perdagangan. "Ini akan menolong transaksi berjalan, di samping upaya-upaya mendorong ekspor. Jadi oke memburuk sedikit triwulan I, tapi triwulan berikutnya tidak," ujar Darmin. Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top