Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketegangan di Eropa Timur I Presiden AS Minta Warga Negaranya Keluar dari Ukraina

Kesepakatan Russia-Ukraina Gagal

Foto : AFP/Sergey BOBOK

Latihan Militer l Tentara Ukraina mengendarai tank saat mengikuti latihan militer dekat Kota Chuguev di wilayah Kharkiv, Kamis (10/2). Latihan militer ini digelar setelah ada laporan peningkatan kehadiran tentara Russia dekat perbatasan dengan Ukraina.

A   A   A   Pengaturan Font

BERLIN - Tidak adanya kesepakatan yang berarti antara Russia dan Ukraina menandai kemunduran upaya untuk meredakan krisis Ukraina yang lebih luas, di mana Russia telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina.

Usai pembicaraan pada Kamis (10/2) malam di Berlin, Jerman, utusan Russia, Dmitry Kozak, mengatakan tidak mungkin untuk menyatukan perbedaan interpretasi Russia dan Ukraina tentang perjanjian 2015 yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran antara separatis pro-Russia dan pasukan pemerintah Ukraina.

"Kami tidak berhasil mengatasi ini," kata Kozak.

Sementara utusan Ukraina, Andriy Yermak, mengatakan tidak ada kesepakatan apapun, tetapi kedua belah pihak setuju untuk terus berkomunikasi.

"Saya berharap kita akan segera bertemu lagi dan melanjutkan negosiasi ini. Semua orang bertekad untuk mencapai hasil," kata Yermak.

Konflik di wilayah Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri, yang dikenal bersama sebagai Donbass, terus berlanjut meskipun ada gencatan senjata. Pengamat dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) mencatat pelanggaran yang sering terjadi, terkadang mencapai ratusan insiden setiap hari. Ukraina mengatakan sekitar 15.000 orang telah tewas sejak 2014.

Pada Februari 2015, perwakilan dari Russia, Ukraina, OSCE dan dua wilayah separatis menandatangani 13 poin kesepakatan di Minsk, yang juga didukung oleh para pemimpin Prancis dan Jerman.

Menteri Luar Negeri Russia, Sergei Lavrov, menuduh Ukraina pada Kamis telah mencoba untuk menulis ulang perjanjian dan hanya memilih elemen yang paling menguntungkan. Namun, Ukraina mengatakan pihaknya berkomitmen pada kesepakatan itu.

"Pihak Ukraina bersiap untuk dialog konstruktif. Semua orang hari ini mengkonfirmasi bahwa kami memiliki perjanjian Minsk dan itu harus dipenuhi," kata Yermak.

Kyiv menolak untuk berunding dengan kepala daerah yang memisahkan diri, tetapi Presiden Volodymyr Zelenskyy telah mengusulkan pembicaraan langsung dengan Presiden Russia, Vladimir Putin, yang sejauh ini ditolak oleh Kremlin.

Russia membantah berencana menyerang Ukraina, tetapi mengatakan ingin menegakkan "garis merah" untuk memastikan bahwa bekas tetangganya itu tidak bergabung dengan NATO dan bahwa aliansi itu tidak mendirikan pangkalan dan misil di sana.

Desakan Biden

Pada saat bersamaan, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden telah mendesak warga negaranya untuk segera meninggalkan Ukraina karena kekhawatiran atas meningkatnya kemungkinan invasi Russia.

"Warga Amerika harus pergi sekarang," kata Biden dalam wawancara yang direkam sebelumnya denganNBC News, Kamis malam. "Kita sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia. Ini situasi yang sangat berbeda dan segalanya bisa menjadi kacau balau dengan seketika," imbuh dia.

Presiden Biden pun menegaskan bahwa dalam keadaan apa pun dia tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina untuk mengevakuasi warga AS jika terjadi konflik. "Itu adalah perang dunia. Ketika orang Amerika dan Russia mulai saling menembak, kita berada di dunia yang sangat berbeda," kata dia.

Ketegangan antara Barat dan Russia meningkat, dengan beberapa perkiraan AS mengklaim saat ini ada 130.000 tentara Russia berada di dekat perbatasan dengan Ukraina.AFP/DW/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top