Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Catatan Akhir Tahun

Kesenjangan Sosial dan Ekonomi Picu Pembunuhan Sadis

Foto : ANTARA / R eno Esnir

pembunuhan satu keluarga l Tersangka HS melakukan reka ulang kejadian saat pra rekonstruksi kasus pembunuhan satu keluarga di Polda Metro Jaya, Jakarta, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

Sepanjang 2018, masyarakat Jabodetabek dikejutkan dengan beberapa peristiwa pembunuhan sadis. Tidak kurang dari sepekan ada tiga kasus pembunuhan sadis yang berhasil diungkap kepolisian dalam menangani kasus tersebut.

Kasus pembunuhan pertama terjadi di Wilayah Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa (13/11). Pelaku membunuh satu keluarga. Keempat korban yaitu Diperum Nainggolan, Maya Boru Ambarita, dan kedua anaknya Sarah Boru Nainggolan, serta Arya Nainggolan yang tewas di kediaman Jalan Bojong Nangka II, Kelurahan Jatirahayu, Kecematan Pondok Melati, Bekasi Kota, Jawa Barat.

Pelaku tega membantai satu keluarga karena merasa sakit hati akibat hinaan yang dilontarkan oleh korban. Selain itu, pelaku Haris Simamora merupakan sepupu dari istri korban.

Karena sakit hati yang memuncak, Haris pun membunuh Diperum dan istrinya menggunakan linggis yang berada di dapur korban. Mengetahui kedua anaknya terbangun, pelaku membunuh kedua buah hati korban dengan cara dicekik.

Usai membunuh, Haris ditangkap di kaki Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat, Rabu (14/11) sekitar pukul 22.00 WIB.

Berikutnya, penemuan mayat di dalam drum yang terjadi di kawasan Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Minggu (18/11). Peristiwa tersebut menggegerkan warga setempat.

Polres Bogor pun sudah menggelar rekonstruksi atau reka adegan dalam kasus mayat dalam drum itu pada Senin (10/12/2018) lalu dengan menghadirkan ketiga orang tersangka.

Rekonstruksi dilakukan di kontrakan MN di kawasan Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor.

Kabiro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan polisi masih mengejar dua tersangka lain dalam kasus pembunuhan mantan jurnalis,

Meski demikian, Dedi tak menyebutkan peran para tersangka dalam kasus ini. "Jadi, motif para tersangka ini adalah ingin menguasai barang milik korban. Sementara itu motifnya," kata dia.

Kemudian hasil penelusuran, ternyata pelaku merupakan kerabat dekat korban. Pelaku berinisial IYP dan perempuan R sudah melarikan diri ke daerah Jambi.

"Jadi kita melakukan pendalaman ternyata baru diketahui bahwa keduanya sudah di wilayah Marangi Polda Jambi," ujar Indra, di Jakarta (20/11).
Kedua pasangan sejoli tersebut diamankan pukul 17.30 WIB dan langsung dibawa ke Jakarta. Pada malam kejadian Senin (19/11), korban pulang ke indekosnya sembari marah-marah dan bertengkar hebat dengan pacarnya.

Keributan tersebut dipicu masalah uang cas. Korban bekerja sebagai wanita pendamping tamu klub malam itu, karena dijanjikan uang sebesar 1,2 juta. Kemudian, NR hanya memberikan uang kepada IYP 500 ribu.

Merasa ditipu, IYP kesal dan gelap mata langsung memukul kepala korban dengan menggunakan palu. Karena pukulan tersebut kepala korban mengeluarkan banyak darah. Karena panik, mayat korban langsung ditaruh ke dalam lemari kamar korban.

Kesenjangan

Ada benang merah dalam kasus pembunuhan dalam kurang dari sepekan ini, yakni kesenjangan ekonomi sosial dan mental labil jadi pemicu masyarakat berpikir pendek.

Pengamat Sosiolog dari Universitas Indonesia, Kastorius Sinaga, menjelaskan memang setiap pembunuhan sadis dipengaruhi keadaan psikologis pelaku yang diakibatkan rasa dendam dan sakit hati yang mendalam kepada korban.

"Dendam ini muncul akibat relasi antara korban dengan pelaku yang tidak bisa diselesaikan dengan jalan damai. Hal ini mendorong pelaku berbuat nekad kepada korban," ujar Kastorius.

Menurutnya, dampaknya sangat tinggi bagi kehidupan sosial masyarakat. Pasalnya, atas kejadian seperti ini tidak membuat rasa aman dan bagi lingkungan sekitar.

"Jadi dengan kasus pembunuhan ini mempunyai dampak psikologis yang sangat negatif terhadap individu masyarakat merasa tidak nyaman. Artinya, hidup dalam kondisi sosiologis seperti sangat berbahaya," tuturnya.

Kastorius menjelaskan sebenarnya motif pembunuhan sadis itu tidak ada yang tunggal. Biasanya sampai ada keputusan untuk menghabisi nyawa seseorang itu akibat dari penumpukan rasa dendam, dan sakit hati.

Selain itu, lanjutnya, pelaku bisa dilakukan penyembuhan yakni pergi ke psikiater berobat psikologis agar sembuh. Di samping itu, perlu ada konsultasi psikologis secara umum kepada masyarakat agar dapat mencegah peristiwa ini kembali terjadi. P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top