Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Gelombang Panas - Korban Tewas di Jepang Terus Bertambah

Keselamatan Atlet Olimpiade Musim Panas Terancam

Foto : AFP/Martin BUREAU

Hapus Keringat - Seorang pria warga Jepang menghapus keringat di kepalanya dengan handuk akibat kepanasan di Tokyo, Selasa (24/7) waktu setempat. Suhu udara sangat tinggi di Tokyo akibat gelombang panas.

A   A   A   Pengaturan Font

Tokyo - Keselamatan atlet dan penonton Olimpiade Musim Panas Tokyo pada 2020 terancam akibat gelombang panas yang mulai menyerang Jepang. Suhu di pusat Kota Tokyo, tempat stadion Olimpiade sedang dibangun, bahkan mencapai sekitar 35 derajat Celsius.

Kepala Tim Inspeksi Olimpiade, John Coates, yang tengah berada di Tokyo pada minggu lalu, mengatakan panas akan menjadi tantangan besar bagi pihak penyelenggara.

"Kami sadar bahwa kami harus mempersiapkan diri untuk panas yang ekstrem ini. Jepang bukan negara pertama yang menjadi tuan rumah pertandingan-pertandingan dalam kondisi sangat panas seperti.

Itu adalah konsekuensi alami yang terjadi pada bulan Juli dan Agustus," kata Coates. Suhu mendekati 40 derajat Celsius terjadi pada Selasa (24/7) waktu setempat di banyak kota, hanya selisih sehari dari rekor hari Senin (23/7) yang mencapai 41,1 derajat Celsius di kota Kumagaya, barat laut Ibu Kota Tokyo.

Badan Meteorologi Jepang memperingatkan bahwa suhu 35 derajat Celsius atau lebih tinggi akan berlanjut hingga awal Agustus. Masyarakat disarankan untuk minum banyak air, menggunakan AC, dan sering beristirahat.

"Kami mengamati tingkat panas yang belum pernah terjadi sebelumnya di beberapa daerah. Gelombang panas adalah ancaman bagi kehidupan dan kami mengakui itu sebagai bencana alam," kata Juru Bicara Badan Meteorologi Jepang, Motoaki Takekawa.

Hingga Rabu (25/7), hampir 80 orang tewas karena terkena serangan panas sejak pekan lalu. Dari jumlah tersebut, 13 orang tewas pada Selasa, 24 Juli 2018, sedangkan 22,647 orang dirawat di rumah sakit akibat serangan gelombang panas.

Lindungi Pelajar

Fumiaki Fujibe, peneliti dari Universitas Tokyo Metropolitan, mengatakan sebagian besar korban tewas adalah kalangan manula. Separuh dari korban yang dirawat di rumah sakit akibat musibah ini berusia di atas 65 tahun dan sebagian besar berakhir dengan kematian.

Namun, seorang anak laki-laki berusia 6 tahun meninggal dunia setelah kehilangan kesadaran sepulang dari sekolah. Rekor suhu tertinggi terjadi pada Senin, di wilayah Kumagaya, barat daya Tokyo dengan rekor 41 derajat Celsius.

Pemerintah daerah telah mempertimbangkan memperpanjang liburan musim panas dan akan membayar penyejuk ruangan di sekolah-sekolah negeri.

Selama ini penyejuk ruangan tidak pernah ada di sekolah-sekolah. Kepala Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan gelombang panas masih akan terjadi di penjuru Jepang.

Langkah-langkah pencegahan akan dilakukan untuk melindungi pelajar dan aktivitas sehari- hari masyarakat Jepang. Selain Jepang, Pakistan dan Korea Selatan juga pernah pernah mengalami musibah gelombang panas paling mematikan sepanjang 2018.

Pada Mei 2018, gelombang panas yang terjadi di Kota Karachi, Pakistan, menewaskan 65 orang dalam tempo tiga hari. Temperatur mencapai 44 derajat Celsius atau di atas suhu rata-rata yang biasanya berkisar 35 derajat Celsius. AFP/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top