Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perang Dagang

Kepentingan Bisnis AS di Tiongkok Bakal Terganggu

Foto : AFP/GOH CHAI HIN

BUAH-BUAHAN IMPOR - Buah-buahan asal AS yang dijual di salah satu gerai di Beijing, beberapa waktu lalu. Produk AS bakal mahal dan berkurang di Tiongkok akibat naiknya tarif impor

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Sejumlah laporan lembaga keuangan global menyatakan kepentingan bisnis Amerika Serikat (AS) di Tiongkok bakal terganggu, menyusul kedua negara melakukan perang dagang melalui instrumen tarif impor.

Laporan Deutsche Bank, Selasa (3/4), menyebutkan alasan Presiden AS, Donald Trump, menaikkan tarif impor baja dan aluminium dari Tiongkok karena mengalami defisit perdagangan tidak menunjukkan gambaran menyeluruh hubungan ekonomi kedua negara Deutsche Bank menyebutkan ada 310 juta iPhone aktif digunakan di Tiongkok pada 2016, tetapi iPhone ini tidak dapat ditemukan dalam perdagangan bilateral AS-Tiongkok, karena Apple, seperti banyak perusahaan AS lainnya, telah mendirikan anak perusahaan di Tiongkok.

"Dari perspektif perdagangan internasional, iPhone yang dijual oleh anak perusahaan Apple di Tiongkok tidak dihitung sebagai impor. Tetapi dari sudut pandang ekonomi dan keuangan, iPhone adalah produk AS, dan AS sangat diuntungkan dari itu," kata laporan tersebut.

Laporan ini menyimpulkan bahwa pendekatan neraca perdagangan jelas menyesatkan dan pembalasan paling merusak dari Tiongkok adalah menghukum kepentingan bisnis AS di Tiongkok. Sementara itu, laporan Standard Chartered memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) AS bisa jatuh 0,2 persen jika Tiongkok membalas dengan melarang impor makanan dan transportasi AS, dan 0,9 persen jika semua impor dilarang.

"Kami mempertahankan prakiraan pertumbuhan PDB Tiongkok sebesar 6,5 persen karena pertumbuhan kuartal pertama yang kuat dan ketidakpastian pada pemulihan AS," tulis Standard Chartered.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : AFP, Antara, Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top