Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kenapa Akhir-akhir Ini Sering Banget Viral Orang Marah Marah, Padahal Akhirnya Cuma Minta Maaf?

Foto : Istimewa

Jagat sosial media baru-baru ini dihebohkan sebuah video yang viral, di mana seorang ibu terlihat memaki-maki kurir lantaran menerima barang yang tidak sesuai dengan pesanan belanja online menggunakan sistem COD.

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Akhir-akhir ini sering sekali orang marah-marah sampai videonya jadi viral padahal akhirnya orang yang marah tersebut tanda tangan materi dan meminta maaf saat didatangi polisi.

Beberapa orang marah karena terjaring razia di penyekatan, bahkan ibu-ibu di salah satu video viral sampai mengeluarkan kata-kata umpatan kasar.

Ibu yang sudah sepuh marah-marah sampai teriak goblog berulangkali pada sang kurir karena barang pesanannya tidak sesuai dengan ekspektasi, dan sebagainya.

Psikolog UGM, Diana Setiyawati, punya jawaban kenapa saat ini banyak sekali masyarakat yang mudah sekali terpancing amarahnya. Masyarakat jadi jauh lebih sensitif di tengah pandemi Covid-19 karena kelelahan yang luar biasa.

Masyarakat lelah oleh segala hal terkait pandemi, terlebih dengan adanya pembatasan mobilitas yang membuat gerak manusia sebagai makhluk sosial untuk terhubung secara langsung semakin terbatas.

"Dalam respons psikologi bencana, ada fase yang namanya fase kekecewaan. Nah, inilah yang saat ini dominan menjangkiti masyarakat kita. Yakni mental yang penuh dengan kekecewaan dan tanda tanya kapan pandemi akan berakhir," jelasnya, di Yogya baru-baru ini.

Dosen sekaligus Peneliti Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM ini menyebutkan, terdapat beberapa fase dalam respon psikologi bencana.

Pertama, predisaster yaitu situasi normal belum terjadi bencana. Kedua, impact atau inventory yakni saat bencana terjadi mosi yang muncul adalah kebingungan, ketakutan, kehilangan.

Ketiga, fase heroik yakni saat orang rasa terpanggil melakukan aksi heroik untuk membantu dan menyelamatkan orang lain.

Keempat, fase honeymoon. Biasanya terjadi sekitar tiga bulan awal bencana dengan harapan tinggi untuk segera pulih dari bencana.

Kelima, fase disillusionment. Setelah bencana berlangsung beberapa saat orang merasakan kekecewaan karena pandemi yang tidak selesai-selesai dan merasa kecewa akan kondisi yang ada.

Keenam, fase kekecewaan akan membuat emosi orang mudah naik turun. Kondisi ini bisa terjadi jika ada situasi pemicu, salah satunya seperti larangan tidak boleh mudik.

Dan terakhir adalah fase rekonstruksi saat masyarakat sudah mulai bisa menguasai keadaan dan sadar harus hidup melewati bencana ini dengan kuat.

Diana berharap masyarakat Indonesia bisa segera memasuki fase ini dengan situasi pandemi Covid-19 yang terkendali.

"Tapi untuk melewati fase kekecewaan itu benar-benar tidak mudah," terangnya.

Penyelesaian tidak cukup dilakukan pada level mikro dengan melakukan manajemen emosi melalui peningkatan spiritualitas dan literasi terkait kondisi pandemi ke masyarakat, melainkan juga di tingkat makro melalui penetapan kebijakan pemerintah.

"Orang marah karena secara ekonomi kesulitan, tapi tidak mudah bagi Indonesia yang merupakan negara besar memenuhi kebutuhan masyarakat, jadi yang perlu dilakukan saat ini gotong royong untuk saling meringankan beban," pungkasnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top