Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kenali Perbedaan Varises dan CVI yang Terlihat Mirip, Begini Gejalanya

Foto : Istimewa

ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dedy Pratama mengungkapkan, varises dan Chronic Venous Insufficiency (CVI) merupakan penyakit berbeda meski seklias terlihat sama.

"Kalau kita bicara varises itu biasanya kita bicara masalah vena yang ada di permukaan kulit. Tapi gangguan CVI ini berupa spektrum yang bisa lebih luas dari itu. Jadi kalau memang ada gangguan di vena dalam, atau vena yang ada di antara vena dalam dan permukaan juga terganggu, itu bisa masuk dalam kategori CVI," kata Dedy dalam diskusi daring, dikutip dari Antara, Rabu (5/4).

Dedy menjelaskan, gejala dari CVI sangat beragam. Ada yang mengalami nyeri, timbul bengkak, hipertensi vena hingga muncul ulkus (luka terbuka) yang tak kunjung sembuh.

"Sebelum ada gejala, kalau memang sangat berisiko seperti pekerjaan-pekerjaan buruh atau pekerjaan lain yang membutuhkan berdiri lama atau duduk lama, memang sebaiknya di sela-sela pekerjaan bisa diimbangi dengan berjalan," ucapnya.

Ia menyarankan orang yang mengalami keluhan CVI untuk segera mungkin memeriksakannya ke dokter subspesialis vaskular. Ini bertujuan untuk mengetahui tindakan apa yang tepat untuk dilakukan sesuai dengan kondisi penyakitnya.

" Kalau gejalanya masih ringan, kita bisa konservatif. Jadi kita lakukan edukasi untuk olahraga teratur, menjaga supaya berat badannya ideal, menjaga pola makanan yang bergizi. Kemudian ada beberapa olahraga yang direkomendasikan untuk memperkuat otot betis. Misalnya berenang, bersepeda dan berlari," ujar Dedy.

Namun apabila kondisi sudah cukup memburuk, Dedy menjelaskan bahwa dokter juga bisa memutuskan untuk melakukan tindakan operasi. Misalnya jika sudah timbul luka yang tak kunjung sembuh, atau pasien sudah tidak bisa mendapatkan manfaat apabila menggunakan stoking khusus atau terapi lainnya.

"Penting sekali kita melakukan evaluasi lebih detail untuk melihat sebetulnya kita harus melakukan tindakan lebih invasif atau tidak. Apakah kita harus melakukan tindakan operatif atau tidak," tutur Dedy.

"Jadi memang ada beberapa teknik operasi ya. Kita biasanya tidak melakukan operasi yang invasif. Jadi biasanya karena perkembangan zaman, kita sudah mulai berpindah operasinya dengan menggunakan teknik yang minimal invasif. Jadi tidak lagi operasi yang menakutkan," tambahnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top