Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Industri Baja

Kenaikan Tarif Impor AS Picu Perang Dagang

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Rencana penaikan tarif impor baja dan alumunium oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) dikhawatirkan bisa memicu perang dagang. Karenanya, pemerintah RI akan terus memantau perkembangan rencana kebijakan dumping oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

"Sejarah dunia menunjukkan kalau terjadi perang dagang pasti dampaknya buruk terhadap ekonomi dunia," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Selasa (6/3).

Sri Mulyani mengatakan seluruh dunia sedang menantikan kepastian dari rencana yang juga berpotensi membuat negara-negara yang selama ini mempunyai hubungan dagang saling membalas dari sisi tarif. "Kami lihat saja dulu, dinamika mengenai kebijakan itu sedang diperdebatkan antara Presiden Trump dengan kongres dan senat," ucapnya.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memastikan akan menerapkan tarif impor baja sebesar 25 persen dan alumunium sebesar 10 persen untuk melindungi industri dalam negeri. Namun, para ahli mengatakan langkah tersebut dapat merugikan produsen AS dan berpotensi menghadapi tantangan hukum dari mitra-mitra dagang.

Sebagai respons atas rencana AS tersebut, Uni Eropa akan mengusulkan beberapa langkah balasan dalam beberapa hari kedepan sebagai tanggapan. Sementara itu, asosiasi pembuat baja Eropa, Eurofer, menyatakan bahwa rencana penerapan tarif sebesar 25 persen untuk impor baja berarti AS telah memilih jalan konfrontasi perdagangan.

Harus Diproteksi

Namun, bagi produsen baja di dalam negeri, kebijakan Trump itu dikhawatirkan bisa memicu derasnya impor komoditas logam berat itu ke Tanah Air. Direktur Utama PT Gunung Raja Paksi, Djamaluddin Tanoto mengatakan pemerintah perlu memproteksi industri di dalam negeri dari serbuan baja Tiongkok. Pasalnya, pengetatan pasar di AS bisa berdampak pada membanjirnya impor baja dari Tiongkok yang dikenal menguasai pasar ekspor.

Dia memperingatkan kekhawatiran yang muncul adalah baja-baja Tiongkok masuk dan dijual murah pada awalnya, lalu industri dalam ngeri yang tengah berkembang mati. Kemudia di saat industri baja dalam negeri mati, lanjutnya, pelaku industri Tiongkok sendirian kuasai pasar.

"Jangan terlalu banyak berharap pada ekspor karena Tiongkok kuasai pasar ekspor. Kita harus jaga jangan sampai diganggu kan sayang industri ada yang sudah dibangun sejak 1970 tetapi mati karena diganggu impor. Kita sedang membangun idustri. Karena itu, harus dijaga," tegasnya.

Sementara itu, pemerintah tengah menyiapkan aturan untuk memperketat importasi baja guna menghindari serbuan produk logam tersebut dari luar negeri.

ers/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Antara

Komentar

Komentar
()

Top