Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan

Kenaikan Tarif AS untuk Tiongkok Jadi Kebijakan Sangat Strategis

Foto : SAUL LOEB/AFP

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen

A   A   A   Pengaturan Font

ATLANTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, membela kenaikan tarif yang dilakukan Presiden Joe Biden terhadap barang-barang tertentu asal Tiongkok sebagai kebijakan yang sangat strategis, namun proposal tarif yang diajukan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, akan jauh lebih luas dan meningkatkan biaya bagi konsumen.

Yellen pada konferensi pers di Atlanta, Kamis (20/6) mengatakan tarif baru Biden ditujukan untuk melindungi kendaraan listrik, produk energi surya, dan semikonduktor dari kelebihan kapasitas Tiongkok yang disebabkan oleh investasi berlebihan Beijing.

"Pemerintah menolak untuk membiarkan perusahaan-perusahaan AS di sektor-sektor ini bangkrut dengan melakukan dumping ekspor yang terkoordinasi oleh Tiongkok," kata Yellen.

Negara-negara lain juga mengambil tindakan serupa, kata Yellen, sambil memperhatikan pernyataan para pemimpin G7 pada bulan Juni yang menentang kebijakan industri dan bisnis Tiongkok.

Berlakukan Bea Masuk

Dikutip dari The Straits Times, namun pengumuman tarif Biden pada bulan Mei tetap memberlakukan bea masuk hingga 25 persen terhadap impor Tiongkok lainnya senilai ratusan miliar dollar AS, mulai dari mainan hingga router internet, yang diberlakukan oleh Trump pada tahun 2018 dan 2019 berdasarkan "Bagian 301" penyelidikan atas penyalahgunaan kekayaan intelektual AS oleh Tiongkok.

"Mengingat Tiongkok belum melakukan apa pun untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, kami pikir tidak pantas untuk menghapus tarif tersebut," kata Yellen.

Ketika ditanya tentang usulan Trump untuk mengenakan tarif sebesar 10 persen pada semua impor barang ke AS, dan 60 persen atau lebih pada barang-barang Tiongkok, Yellen mengatakan hal tersebut "akan berdampak pada semua mitra dagang dan seluruh perdagangan kita".

"Saya yakin program ini cukup besar sehingga akan meningkatkan biaya bagi konsumen secara luas atas semua barang impor yang mereka beli, dan merugikan bisnis Amerika, yang banyak di antaranya bergantung pada barang impor untuk rantai pasokan mereka," katanya.

Sebelumnya diberitakan, penetapan tarif baru yang tinggi untuk impor Tiongkok ke AS, termasuk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), akan berlaku 1 Agustus dalam sebuah langkah yang menurut pemerintahan Biden melindungi lapangan kerja lokal.

Presiden Joe Biden mempertahankan banyak tarif yang diberlakukan oleh Donald Trump dan meningkatkan tarif lainnya, lapor Carscoops.

Sebagai contoh, tarif impor kendaraan Tiongkok akan naik dari 25 persen menjadi 100 persen. Ini termasuk kendaraan listrik murni (BEV) dari semua ukuran, serta hibrida plug-in (PHEV).

Baterai dari Tiongkok juga akan dikenakan tarif yang mahal. Misalnya, bea masuk untuk baterai akan naik dari 7,5 persen menjadi 25 persen, ini akan berlaku mulai 1 Januari 2026.

Tarif sebesar 50 persen juga akan diberlakukan untuk semikonduktor mulai 1 Januari 2025, sementara berbagai tarif telah dikenakan terhadap mineral penting yang digunakan dalam baterai, naik menjadi 25 persen mulai 1 Agustus 2024.

Perwakilan Dagang AS akan membuka periode 30 hari untuk komentar publik yang akan ditutup pada 28 Juni. Perwakilan Dagang AS Katherine Tai mengatakan tarif baru tersebut dibenarkan karena Tiongkok disebut mencuri kekayaan intelektual AS.

AS mengimpor barang senilai 427 miliar dollar AS (sekitar 6,8 kuadriliun rupiah) dari Tiongkok pada tahun 2023, jauh lebih banyak dari barang senilai 148 miliar dollar AS (sekitar 2,3 kuadriliun rupiah) yang diimpor Tiongkok dari AS.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top