Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Peringatan Bank Dunia

Kenaikan Suku Bunga Tinggi Mungkinkan Resesi Global

Foto : ISTIMEWA

DAVID MALPASS Presiden Bank Dunia - Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut sehingga banyak negara jatuh ke dalam resesi.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Bank Dunia memperingatkan ancaman resesi global karena semua bank sentral fokus untuk menurunkan tingkat inflasi yang melonjak dengan cara menaikkan suku bunga pinjaman. Lembaga ini juga menyerukan setiap pemerintah untuk membantu meningkatkan pasokan kebutuhan guna meringankan kendala di balik kenaikan harga-harga.

Peringatan Bank Dunia tentang meningkatnya ancaman resesi ekonomi global itu disampaikan di Washington, Kamis (15/9). Inflasi di seluruh dunia telah meningkat pada laju tercepat yang terlihat dalam beberapa dekade. Kenaikan itu terjadi karena kendala pasokan di tengah permintaan yang tinggi setelah pandemi.

Situasi ini, lanjutnya, juga diperburuk lagi oleh invasi Russia ke Ukraina tahun 2022 ini dan penguncian Covid-19 di Tiongkok.

Bank-bank sentral utama telah merespons dengan kuat, menaikkan biaya pinjaman untuk mendinginkan permintaan dan meredam inflasi yang membara.

Namun dalam sebuah penelitian baru, para ekonom Bank Dunia memperingatkan bahwa tindakan tersebut mungkin tidak cukup untuk mengendalikan harga tinggi, yang mengarah pada kebutuhan untuk lebih banyak kenaikan suku bunga. Situasi ini pada gilirannya akan mengerem pertumbuhan.

"Banyak negara tidak akan dapat menghindari resesi, tetapi perlambatan di seluruh dunia dan pengetatan kebijakan moneter dapat menimbulkan tekanan keuangan yang signifikan. Hal itu akan memicu resesi global pada 2023," kata penelitian itu.

Dalam skenario itu, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023, kontraksi 0,4 persen dalam pertumbuhan per kapita, memenuhi definisi teknis dari resesi global.

"Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut sehingga banyak negara jatuh ke dalam resesi," kata Presiden Bank Dunia, David Malpass.

"Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di negara-negara emerging markets dan berkembang," kata Malpass.

Menurut dia, untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah, stabilitas mata uang, dan pertumbuhan yang lebih cepat, pembuat kebijakan dapat mengalihkan fokus mereka dari mengurangi konsumsi ke meningkatkan produksi.

"Kebijakan harus berusaha untuk menghasilkan investasi tambahan dan meningkatkan produktivitas dan alokasi modal, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan," tambah Malpass.

Bank Dunia pada awal Juni memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan global menjadi 2,9 persen, lebih dari satu poin penuh lebih rendah dari perkiraan pada Januari.

Kepala Ekonom Bank Dunia bidang pemberi pinjaman dan pembangunan yang baru dilantik, Indermit Gill, mengatakan kekhawatiran terbesarnya adalah karena perlambatan dan krisis pandemi serta pengurangan kemiskinan yang telah berhenti.

Tetapi, dia juga mengungkapkan beberapa optimisme. "Ini bukan cerita malapetaka dan kesuraman," katanya kepada wartawan. Karena pekerjaan yang dilakukan untuk meningkatkan kebijakan dan manajemen ekonomi sebelum pandemi sehingga negara-negara lebih mampu melindungi orang miskin.


Redaktur : Redaktur Pelaksana
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top