Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kembangkan Ombak Tujuh Jadi Objek "Surfing" Dunia

Foto : Koran Jakarta / Teguh Raharjo

ekshibisi “Surfing” - Peselancar asal Sukabumi, Dede Suryana, ikut memeriahkan ekshibisi surfing, Geosurf Challenge, di Pantai Cimaja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, baru-baru ini.

A   A   A   Pengaturan Font

Aksi berselancar atau surfing Dede Suryana mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari penonton, termasuk juga Menteri Pariwisata, Arief Yahya, dan Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar), Deddy Mizwar. Dengan mengenakan kaos berwarna oranye dan papan hijau, Dede yang merupakan warga Sukabumi itu ikut memeriahkan event Geosurf Challenge di Pantai Cimaja, Kabupaten Sukabumi.

Event surfing ekshibisi ini diikuti 14 peselancar lokal dan internasional sekaligus untuk memperkenalkan kegiatan Amazing Geopark Adventure Tourism 2017. Mereka berasal dari Amerika Serikat, Italia, Inggris, Australia, Kanada, Selandia Baru, Maladewa, Maroko, Jepang, Singapura, Filipina, Thailand, dan Taiwan. Adapun surfer nasional berasal dari Bali, Banten, Bengkulu, DKI Jakarta, Jatim, NTB, Sumbar, Sumut, Sumsel, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jabar selaku tuan rumah.

Dede tampak tidak canggung bersaing dengan peselancar profesional lainnya. Berenang cepat dari pinggir pantai yang berkarang, lambat-laun dia terus menuju ke tengah. Menunggu ombak besar yang akan datang. Sesekali dia melewatkan gulungan ombak, hingga akhirnya ia terlihat berdiri di atas papan seluncur.

Pembawa acara yang ada di pinggir pantai dengan komentarnya yang cukup ramai ikut menambah suasana kemeriahan event surfing internasional itu. Hingga akhirnya, Dede hilang tergulung ombak. Begitu terus-menerus dia berusaha kembali hingga akhirnya kembali mendarat di pantai.

Dede merupakan penduduk asli Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi, kesehariannya tidak pernah lepas dari laut. Diakuinya, sejak usia tujuh tahun, dia sudah mulai mengenal olahraga air ini. Hingga saat ini, sudah banyak medali yang ia raih dan berkat surfing dia bisa keliling dunia.

Menginjak usia 15 tahun, Dede merasa olahraga air ini belum begitu dikenal di Jabar bahkan di Pelabuhan Ratu tempat tinggalnya. Berbeda dengan Bali, banyak peselancar yang muncul di sana hingga mampu menjuarai kejuaraan tingkat dunia. Hingga ia pun akhirnya hijrah ke Bali untuk lebih serius mempelajari surfing dan menjadi pemain profesional.

Terakhir pada kejuaraan The Asian Surfing Championship (ASC) yang berlangusng di Bali tahun 2016, dia berhasil menaklukan lawan tangguh Raditya Rondi dari Bali dan menjuarai ASC. Yang berarti dia berhasil mempertahankan status juaranya. Prestasinya sudah diakui dunia, bahkan beberapa kali muncul di majalah surfing internasional, seperti Surftime, Curve, Surf Trip, dan Surfer.

Kini, dia kembali lagi ke Cimaja untuk mengikuti kegiatan surfing internasional meski hanya ekshibisi. Ia mengakui jika saat ini sudah mulai banyak anak-anak muda di Jabar, khususnya kawasan Pelabuhan Ratu yang tertarik untuk belajar surfing. Meski tidak telalu banyak.

Kejuaraan Dunia

Kondisi ini membuatnya risau, jika nantinya bibit lokal akan hilang. Padahal, potensi ombak di Pelabuhan Ratu, khususnya di Pantai Ombak Tujuh dan Cimaja sangat bagus, dan cocok untuk menjadi lokasi kejuaraan tingkat dunia. "Saya membuat sekolah sufing dan workshop, ingin mengajak anak-anak muda lokal menjadi peselancar, namun ternyata kurang peminat," tegasnya.

Yang ada malahan banyak muridnya berasal dari luar negeri seperti Australia dan beberapa negara tetangga, Filipina dan Thailand. Ada beberapa lainnya murid lokal, tetapi berasal dari Jakarta. "Terus terang, saya khawatir," ujar pria kelahiran tahun 1985 ini.

Padahal jika diminati, maka akan banyak surfer lokal yang bisa mendunia. Di Jabar, khususnya di Sukabumi, ada lokasi yang memiliki ombak besar sepanjang tahun sehingga bisa setiap hari belajar surfing, yakni di Cimaja dan Ombak Tujuh.

Ombak tujuh, menurut Dede, memiliki ombak yang cukup ekstrem, bisa mencapai ketinggian hingga 15 meter, yang memang dicari para surfer profesional dunia. "Orang kita kurang antusias, takut hitam kena matahari," katanya.

Di sisi lain, dia berharap pemerintah rutin menggelar kejuaraan surfing. Dengan demikian akan menarik minat masyarakat untuk menggeluti olah raga ini. Namun, dia sedikit kecewa ketika ternyata surfing tidak masuk dalam rencana event olahraga ASEAN Games atau Olimpiade.

"Bagaimana ada semangat untuk terus belajar, jika tidak ada kejuaraan yang diikuti. Sayang sekali surfing dicoret di ASEAN Games dan Olimpiade. Jika ingin ada regenerasi maka harus ada event yang diselenggarakan oleh pemerintah," tegasnya.

Bupati Sukabumi, Marwan Hamimi, mengakui jika potensi Cimaja dan Ombak Tujuh di Palabuhan Ratu dapat menjadi lokasi kejuaraan dunia. Jika ini terjadi, akan mendongkrak pariwisata di Sukabumi, bahkan Jabar. Tentunya akan menambah devisa bagi negara.

n teguh raharjo/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top