Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kembangkan Gangguan Neurologis Baru

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Infeksi Covid-19 yang menyerang pasien bukan hanya menyebabkan gangguan pernafasan. Penyakit infeksi virus SARS-CoV-2 juga turun berpengaruh pada gangguan neurologi yang mempengaruhi kondisi psikologi dan jiwa pasien, meski gangguan pada otak ini tidak disebabkan viru secara langsung.

Laporan penelitian, Dr Jennifer Frontera pada jurnal Neurology membuktikan, pasien di rumah sakit karena Covid-19 mengembangkan gangguan neurologis baru. Sebanyak 4.491 pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 di 4 rumah sakit mengembangkan kelainan tersebut.

Dari jumlah total pasien tersebut, 606 atau 13,5 persen mengembangkan kelainan neurologis baru, seperti didiagnosis ahli saraf. Gangguan ini termasuk keadaan bingung 51 persen, stroke (14), kejang (12), dan cedera otak karena kekurangan oksigen. Atau terganggunya aliran darah yang disebut gangguan hipoksia atau iskemia sebesar 11 persen.

"Para peneliti tidak menemukan adanya infeksi di otak seperti meningitis atau ensefalitis pada sumsum tulang belakang (myelitis) pasien," kata Frontera dikutip jurnal Neurology. "Pasien dengan risiko tertinggi mengembangkan penyakit neurologis berumur lebih tua dana lebih cenderung berjenis kelamin laki-laki, berkulit putih, atau diabetes," tambahnya.

Untuk sebagian besar pasien atau 54 persen yang mengalami gangguan neurologis, gangguan tersebut muncul sekitar 2 hari setelah gejala awal Covid-19. Gangguan ditandai gejala demam, batuk, mual, muntah, atau diare.

Pada 43 persen pasien, masalah neurologis berkembang kira-kira waktu yang sama dengan gejala awal Covid-19. Hanya 2 persen pasien yang mengalami gejala neurologis sebelum timbulnya gejala umum Covid-19.

Perkembangan penyakit neurologis baru dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk secara keseluruhan. Pasien yang mengembangkan gangguan neurologis bersama Covid-19 memiliki kemungkinan 28 persen lebih kecil untuk dipulangkan dari rumah sakit. Kemudian, 38 persen lebih mungkin meninggal baik karena penyakit atau gangguan neurologis.

Frontera menjelaskan, penyakit neurologis pasien Covid-19 sering terlihat pada pasien dengan penyakit perawatan kritis lainnya. Ini termasuk sindrom gangguan pernapasan akut, sepsis, oksigen rendah, tekanan darah rendah, dan gagal ginjal akut.

Hal tersebut meyakinkan bahwa tidak satu pun dari 18 pasien yang menjalani tes CSF atau tes cairan yang ditemukan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Dia memiliki virus SARS-CoV-2 yang terdeteksi di dalam cairan.

"Artinya, gejala pasien bukan akibat virus yang menyerang otak atau sumsum tulang belakang secara langsung. Mungkin penyakit kritis itu sendiri yang menyebabkan berbagai penyakit neurologis. Perlu waktu sebelum misteri itu terpecahkan," ujar Frontera.

Mereka kemudian membandingkan beberapa hasil utama dalam pengobatan antara pasien yang mengembangkan kelainan neurologis baru karena Covid-19 dan mereka yang tidak. Ini termasuk pembuangan ke rumah, penggunaan ventilator, lama tinggal di rumah sakit, dan kematian di rumah sakit.

"Temuan itu dapat membantu memahami kelompok orang yang mungkin lebih mungkin mengembangkan penyakit lebih parah setelah terkena Covid-19. Selain itu, juga kemungkinan prognosis atau prediksi perkembangan penyakit mereka," jalas Frontera.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top