Kembangkan Bahan Baku Obat dari Dalam Negeri
Kekayaan hayati lokal harus dimanfaatkan untuk bahan obat atau untuk mendukung program kesehatan di Tanah Air.
BEKASI - Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Memenritek/BRIN) menginginkan industri farmasi meneliti dan mengembangkan bahan baku obat dari alam Indonesia. Ini perlu dilakukan untuk menggantikan atau mensubtitusi bahan baku berbasis kimia dan bahan baku impor.
"Yang kita ingin dorong adalah substitusi bahan baku yang tadinya dari luar negeri atau berbasis kimia menjadi bahan baku obat yang berbasis kepada tanaman ataupun flora dan fauna Indonesia yang sangat kaya," kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional ( (Menristek/KBRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, usai melakukan kunjungan ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences Dexa Group, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (8/1).
Menristek ingin kekayaan biodiversitas Indonesia sebagai sumber kekuatan ekonomi bangsa, salah satunya dikembangkan sebagai bahan obatobatan. "Kekayaan hayati harus bermanfaat untuk sesuatu salah satunya itu adalah untuk bahan obat atau untuk mendukung upaya program kesehatan di Indonesia," katanya.
Bambang menginginkan obat dengan khasiat yang sama tetapi dengan bahan yang asli dari biodiversitas Indonesia. Saat ini, kata dia, 95 persen bahan baku obat dalam negeri berasal dari impor, padahal Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tergolong dua terbesar dunia yang memiliki potensi bahan baku obat alami yang melimpah.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya