Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik Yaman

Kelompok Separatis Siap Berunding

Foto : AFP/SALEH AL-OBEIDI

Aidarus al-Zubaidi

A   A   A   Pengaturan Font

ADEN - Kepala gerakan separatis di Yaman menyatakan pada Minggu (11/8) malam bahwa mereka siap untuk ikut serta dalam perundingan damai yang dimediasi oleh Arab Saudi. Kesediaan dari kelompok seperatis itu diutarakan setelah terjadi pertempuran dengan pasukan propemerintah di Kota Aden yang menewaskan puluhan orang.

"Kami berkomitmen dengan gencatan senjata di Aden dimana kelompok separatis berhasil menguasai istana kepresidenan dan sejumlah kamp militer," demikian pernyataan pemimpin Southern Transitional Council (STC), Aidarus al-Zubaidi, lewat laman resmi STC.

Akhir pekan lalu, terjadi adu tembak di lokasi pelatihan pasukan keamanan yang dilatih militer Uni Emirat Arab (UEA) antara kelompok separatis yang didukung STC yang menginginkan kemerdekaan di Yaman selatan, melawan pasukan loyalis pemerintahan.

Koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi dan UEA, selama lima tahun terakhir melakukan pelatihan di kamp-kamp untuk melawan pemberontak Huthi yang bersekutu dengan Iran.

Dalam pidatonya, Zubaidi menyatakan pertempuran di Aden terjadi karena ada provokasi dari pasukan yang loyal terhadap Presiden Yaman, Abedrabbo Mansour Hadi, yang pro terhadap Riyadh. "Kelompok separatis hanya memiliki dua opsi, mempertahankan diri atau menyerah dan menerima peleburan demi memperjuangkan hal yang sama," ucap Zubaidi.

Dalam pernyataannya, Zubaidi mengklaim bahwa pasukan loyalis menginginkan pembunuhan terhadap para pemimpin STC dan kemudian melakukan provokasi pada simpatisan seperatis agar bersedia bergabung dengan mereka. Sebaliknya, pemerintah Yaman menuding STC dan UEA hendak memulai kudeta.

Secara teori, kelompok seperatis dan tentara pemerintah bersekutu dengan koalisi pimpinan Saudi untuk melawan pemberontak Huthi dukungan Iran sejak 2015. Saat ini pemberontak Huthi menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman termasuk Ibu Kota Sanaa.

Dalam pernyataannya, Zubaidi mengatakan bahwa persenjataan dan amunisi yang dimiliki pasukan loyalis tak akan cukup dalam melawan pemberontak Huthi terkecuali ada dukungan koalisi selama kurun waktu 12 bulan.

"Untuk itu kami bersedia bekerja sama dengan Arab Saudi dalam menangani krisis ini dan siap menghadiri perundingan yang digagas Kerajaan Arab Saudi dengan kelapangan hati dan bersedia meneruskan gencatan senjata," tambah Zubaidi.

Sebelumnya pada Minggu dini hari, Arab Saudi melakukan serangan udara pada posisi separatis di Aden dan mengancam akan melanjutkan serangan tersebut jika mereka tak segera mundur dari posisi yang berhasil mereka rebut di kota terbesar kedua di Yaman itu.

Tambah Pelik

Yaman Selatan merupakan negara merdeka hingga 1990. Pemberontakan terjadi setelah ada penolakan antara warga yang tinggal di selatan terhadap warga di utara yang memaksakan kehendak untuk melakukan unifikasi nasional.

Pertempuran di Aden sendiri telah menambah pelik konflik di Yaman. Pertempuran itu terjadi sejak Kamis (8/8) pekan lalu menurut pantauan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyebabkan sekitar 40 orang terbunuh dan 260 orang termasuk warga sipil terluka.

Pertempuran antara pemberontak Huthi dan pasukan loyalis Yaman yang didukung koalisi Arab Saudi sejak 2015 sendiri, telah mengakibatkan puluhan ribu orang yang sebagian besar warga sipil, tewas.

Perang sipil di Yaman juga menyebabkan krisis kemanusiaan. Berdasarkan perkiraan PBB, hampir 80 persen populasi di Yaman yang berjumlah 24,1 juta orang, amat membutuhkan bantuan. SB/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top