Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Skoliosis

Kelainan Tulang Belakang yang Dipicu Gaya Hidup Buruk

Foto : istimewa

Seorang tenaga paramedis (kiri) tengah menjelaskan terkait skoliosis (kelainan tulang belakang) pada pasien. Skoliosis dipicu salah satunya oleh gaya hidup yang buruk.

A   A   A   Pengaturan Font

Skoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang. Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, yang menggambarkan deviasi vertebra ke arah lateral dan rotasional.

Dikarenakan masih kurang menyadari pentingnya edukasi dini tentang penyakit ini, prevalensi skoliosis semakin meningkat tiap tahunnya. Di dunia angka ini meningkat menjadi 3 persen, sedangkan di Indonesia sendiri 4 sampai 5 persen.

Skoliosis dapat terjadi pada semua usia, namun kasusnya pada anak-anak dapat berubah menjadi serius seiring dengan pertumbuhannya. Jika terjadi pada orang dewasa memiliki progresitas yang tidak begitu tinggi dikarenakan degenerasi tulang belakang dan faktor usia yang membuat seseorang bertambah tua.

Meskipun hingga saat ini belum ditemukan penyebab skoliosis, namun penyebab skoliosis yang paling banyak terjadi adalah karena keturunan, pernah mengalami kecelakaan atau dari kebiasaan. "Selain faktor genetik, bisa juga karena kelainan kongenital atau bawaan dari lahir, kelainan pembentukan tulang, dan dapat terjadi karena kebiasaan seperti kebiasaan membawa barang berat pada satu sisi," tutur Dr. dr. Ninis Sri Prasetyowati, Sp. KFR, konsultan ahli dari Klinik Scoliosis Care.

Nistriani T. P. Kusaly fisioterapis skoliosis menambahkan umumnya skoliosis dipicu oleh gaya hidup yang buruk. Kebiasaan-kebiasaan seperti sering mengangkat beban berat di salah satu sisi, menaruh dompet pada saku belakang, dan duduk menyilang dapat memicu skoliosis.

"Karena saat itu terjadi rotasi pinggang sehingga jadi miring," kata Nistriani.

Maka dari itu, deteksi skoliosis secara akurat dan dini penting untuk dilakukan dengan cara mengecek dari belakang apakah ada tonjolan pada tulang bahu, pinggang, dan pinggul yang memiliki kurva tidak seharusnya. Akibat yang didapatkan dari penyakit ini tidak dapat dianggap enteng.

Bahaya skoliosis bisa berujung kematian. Karena tulang belakang melindungi organ-organ penting yang ada di dalam tubuh. Saat mengalami kebengkokan, akan terjadi rotasi atau perputaran yang akan menekan segala sesuatu yang ada di dalamnya, seperti paru-paru dan jantung.

Akhirnya, orang tersebut dapat merasa nyeri pada jantung atau mengalami kesulitan bernafas. Tak hanya itu saja, tulang belakang juga merupakan tempat keluarnya syaraf-syaraf yang ada di dalam tubuh. Yang ketika bengkok, akan menekan tempat keluar salah satu syaraf lainnya sehingga nantinya akan bermasalah ke bagian tubuh.

Terapi Non Operasi

Terapi non operasi pun menjadi harapan baru bagi para pasien skoliosis. Terapi non operasi yang terdiri dari observasi, terapi dan latihan fisik penggunaan penunjang, terapi alternatif, dan komplementer terbukti dapat menghentikan progres tulang pasien, membuat badan lebih seimbang, mengoreksi tampilan menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

"Ada berbagai cara perawatan skoliosis, salah satunya yaitu dengan terapi non operasi. Dikatakan sebagai harapan baru karena dapat mengoreksi kurva derajat yang besar. Umumnya terapi non operasi yang dilakukan yaitu penggunaan brace, exercise, dan latihan fisik dengan alat fisioterapi untuk mengurangi rasa nyeri," jelas dr. Ninis.

Brace sendiri sebagai penggunaan penunjang yang berbentuk seperti korset sangat berperan untuk mengoreksi kurva terutama bagi pasien yang memiliki kurva lebih dari 30 derajat. Semakin tinggi derajat pasien, maka semakin sulit untuk mengembalikan tulang pasien ke posisi semula.

Namun, Labana Simanihuruk, Brace and Rehab Clinician mengatakan bahwa umumnya pasien skoliosis tidak bisa mengembalikan kurva derajatnya seperti semula. Namun penggunaan brace dapat mengurangi kurva derajat pasien sehingga kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

Prosedur yang dilakukan pun mulai dari mendeteksi skoliosis dengan menggunakan X-Ray, baru kemudian terapi yang tepat dan sesuai dengan tujuannya. Ada lima jenis brace yang dapat digunakan sesuai dengan kondisinya, yaitu scoliobrace yang digunakan untuk mengoreksi skoliosis, lumbar brace untuk orang dewasa atau manula yang mempunyai denovo skoliosis, kypho brace untuk pasien kyphosis yang memiliki kelengkungan di tulang bagian atas, scolinite brace unutk anak-anak dengan derajat kurva di bawah 20 derajat, dan hybrid kypho scoliosis barace untuk pasien skoliosis an kyphosis.

"Terapi non operasi ini merupakan harapan baru bagi pasien yang tidak ingin melakukan operasi. Terapi non operasi dapat memberikan hasil koreksi yang maksimal jika pasien menggunakan brace yang tepat patuh melakukan exercise dan latihan fisik sesuai anjuran," kata dr. Ninis. ima/R-1

Sulit Miliki Keturunan

Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa perempuan lebih berisiko terkena skoliosis dibandingkan laki-laki. Tidak main-main, perbandingannya 7:1. Menurut Nistriani, hal itu disebabkan oleh perempuan yang memiliki otot yang jauh lebih sedikit dan lemah dibandingkan laki-laki.

Sedangkan otot menjadi penggerak aktif yang menggerakkan tulang. Namun keuntungannya, karena jumlah otot yang sedikit itu membuat skoliosis pada wanita lebih mudah dikoreksi dibandingkan pria.

"Itu karena pada penelitiannya perempuan punya otot yang lebih sedikit dibandingkan pria, dan saat tulangnya bengkok otot pun dengan mudah akan ikut sehingga menjadi gampang dikoreksi," jelas Nistriani.

Pada perempuan penderita skoliosis pun umumnya akan sulit memiliki keturunan, hal itu diakibatkan dari tulang belakang yang bengkok sebagai jalan keluar syaraf menekan tempat keluar syaraf lainnya yang dapat membantu perempuan dalam melakukan pembuahan.

Di samping itu pula, perempuan yang mengalami skoliosis tidak dianjurkan mengandung dan memerlukan pendampingan dari dokter terutama yang memiliki derajat kurva yang cukup tinggi. Hal itu dikarenakan tulang yang bengkok dapat menekan janin yang ada di dalam tubuh dan sangat berbahaya bagi sang ibu dan janin yang dikandungnya.

Melakukan massage atau pijat pada penderita skoliosis pun diperbolehkan. Meskipun tidak dapat membantu meluruskan tulang belakang yang bengkok, tapi massage dapat mengurangi rasa sakit dan menghilangkannya sesaat karena melancarkan sirkulasi darah. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top