Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Cara belajar aktif dengan melibatkan siswa dalam kegiatan interaktif seperti diskusi dan tanya jawab, terbukti  mampu meningkatkan prestasi. Namun jika dibarengi bantuan kecerdasan buatan, ternyata semakin bisa meningkatkan prestasi akademik ketimbang cara belajar konvensional.

Kecerdasan Buatan Bantu Belajar Lebih Aktif

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, memerlukan metode belajar yang efektif. Pemilihan metode yang tepat, membuat siswa tidak cepat merasa bosan atau jenuh ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Human-Computer Interaction Institute (HCII) di Carnegie Mellon University, Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, menyatakan bahwa metode pembelajaran aktif yang efektif tidak hanya menggunakan pendekatan langsung dan pikiran, tetapi juga hati dengan memberikan peningkatan dukungan emosional dan sosial.
Dengan melibatkan siswa melalui kegiatan interaktif, diskusi, tanya jawab, dan bantuan teknologi yang dilengkapi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), hal itu menghasilkan peningkatan prestasi akademik dibandingkan proses belajar mengajar konvensional.
Hasil kesimpulan diperoleh dengan menganalisa sekumpulan sampel penelitian tentang pembelajaran aktif di sekolah dimana para siswa diberi banyak pertanyaan oleh AI yang mengajak mereka untuk berpikir sehingga mereka menjadi aktif.
Seorang profesor ilmu psikologi dan interaksi manusia-komputer dari HCII Carnegie Mellon University yaitu Nesra Yannier, mengatakan minat terhadap pembelajaran aktif tumbuh ketika muncul pandemi Covid-19 yang menantang para pendidik untuk menemukan cara baru untuk melibatkan siswa.
"Sekolah dan guru menggabungkan teknologi baru untuk beradaptasi, sementara siswa menghadapi efek psikologis negatif dari isolasi, kegelisahan dan kurangnya perhatian yang disebabkan oleh karantina dan pembelajaran jarak jauh," ujar Yannier seperti dikutip Science Daily edisi Kamis (30/9) pekan lalu.
Menurut Yannier, pandemi Covid-19 semakin memperjelas bahwa pendekatan tradisional terhadap pendidikan bukanlah cara terbaik untuk belajar. Pertanyaan selanjutnya bagaimana cara menciptakan pembelajaran aktif menggairahkan para siswa?
Dalam karya tulisan berjudul Active learning: 'Hands-on' meets 'minds-on' yang diterbitkan pada jurnal Science, Yannier bersama rekannya Ken Koedinger, seorang profesor interaksi manusia-komputer dan psikologi HCII, menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran aktif dapat efektif dan menarik terutama pada masa pandemi.
"Kami ingin melihat apa yang kami pelajari dari belajar mengajar selama Covid-19 dan apa yang bisa dibawa kembali ke kelas," kata Yannier. "Covid-19 memaksa pendidik untuk melibatkan siswa dengan cara baru dan guru bereksperimen dengan teknologi baru," ungkap dia.

"Kursi Pengemudi"
Studi yang dikumpulkan menunjukkan bahwa pembelajaran aktif menempatkan siswa di "kursi pengemudi" dalam mata pelajaran mereka. Teknik pembelajaran aktif mendorong siswa untuk menghasilkan pemikiran dan mendapatkan umpan balik melalui pengaturan interaktif.
Belajar aktif selain meningkatkan aktivitas fisik juga mendorong munculnya ide. Hal ini tidak seperti model pembelajaran konvensional dengan jam belajar lebih banyak namun kurang mendapatkan hasil yang lebih baik.
Pelibatan AI dalam penelitian itu mengacu pada hasil penelitian Scott Hudson, seorang profesor di HCII. Ia menggunakan bantuan virtual (virtual helper) berbasis AI untuk menanyai para siswa. Hal ini mendorong mereka berpikir kritis dan berani melibatkan diri.
Para peneliti melakukan eksperimen terkontrol untuk melihat seberapa banyak anak-anak belajar saat berinteraksi dengan NoRILLA, sebuah platform pembelajaran realitas campuran (mixed-reality learning platform) di mana anak-anak melakukan dan menafsirkan eksperimen dunia nyata dengan umpan balik interaktif yang dipersonalisasi.
Dalam eksperimen dengan bantuan media atau peralatan fisik interaktif lainnya itu, siswa diberi pertanyaan oleh kecerdasan buatan yang diaktifkan dan dinonaktifkan. Ketika dinonaktifkan, ternyata siswa belajar jauh lebih sedikit aktif.
"Kami telah melakukan banyak penelitian seputar ini," papar Yannier. "Jika kita tidak memiliki panduan AI, anak-anak tidak dapat memahami konsep yang mendasarinya, dan pembelajaran tidak diterjemahkan ke dunia nyata," ujar dia.
Baik Yannier maupun Koedinger mengatakan bahwa studi yang mereka hasilkan memperjelas bahwa pendekatan pembelajaran aktif dan bagaimana menelitinya. Mereka berharap makalahnya akan menggerakkan para pendidik untuk memasukkan pembelajaran yang lebih aktif. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top