Kebijakan Makroprudensial pada 2022 Tetap Pro Pertumbuhan
Untuk jangka pendek, pelonggaran makropudensial paling efektif, namun juga tergantung dari hasrat konsumsi dan investasi masyarakat. "Dalam kondisi ekonomi lesu saat ini terdapat pandangan "the cash is the king", sehingga hal ini akan mempengaruhi hasrat belanja dan investasi," kata Suhartoko.
Sementara itu, lembaga keuangan baik bank maupun nonbank masih dibayangi risiko kredit macet. Oleh karena itu, skema pelonggaran makroprudensial perlu dibarengi dengan upaya lain untuk mendorong hasrat konsumsi dan investasi. Kebijakan pro growth lainnya membutuhkan waktu untuk berdaya guna, karena berkaitan dengan mengubah kebiasaan dalam transaksi keuangan dan alat yang digunakan.
Bergantung Investasi
Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Wasiaturrahma, dalam kesempatan terpisah mengatakan perubahan lingkungan strategis karena disrupsi dan pandemi Covid-19 menjadi tantangan BI menjalankan tugas dan fungsinya.
"Pro growth tidak mungkin bisa tercapai jika investasi tidak tumbuh, karena sulit dalam perluasan kesempatan kerja. Padahal perluasan kesempatan kerja pasti meningkatkan income masyarakat yang berdampak pada meningkatnya demand of consumption," kata Wasiaturrahma.
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya