Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perada

Kebenaran Postmodernisme dan Modernisme

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Postmodernisme
Penulis : Indriyana Rachmawati &
Hasna Wijayanti
Penerbit : Sociality
Cetakan : I, 2017
Tebal : 272 halaman
ISBN : 978-602-6673-47-3

Postmodernisme memandang kebenaran dibangun sendiri oleh individu yang terlibat, sedangkan dalam proses pembuatan kebijakan pada tataran sosial dan pemerintahan, generalisasi itu mutlak agar dapat digunakan dan ditetapkan oleh semua orang.

Ilmu pengetahuan terus berkembang. Paradigma lama akan diganti baru bila sudah tidak mampu menjawab, memahami, dan berkontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di era kontemporer yang sering dipertukarkan dengan postmodernisme untuk menunjukan pada masa sekarang. Buku ini menguraikan postmodernisme sebagai perspektif atau paradigma alternatif dalam ilmu pengetahuan guna memahami realitas kontemporer yang tidak bisa dijelaskan dan dipahami oleh modernisme yang menekankan objektivitas sebagai dasar pencarian kebenaran.

Bagi postmodernisme, kebenaran bersifat subjektif. Individu dapat membentuk sendiri kebenaran sesuai dengan konteks, waktu, dan tempat (hlm 37). Ini mengindikasikan, kebenaran bagi postmodernisme berbeda dengan pandangan modernisme sebagai sesuatu yang objektif. Dalam memperoleh kebenaran terdapat dua konsep dasar yaitu past dan possibility. Past identik dengan modernisme dalam menemukan kebenaran masa lalu melalui penyelidikan, sedangkan possibility merujuk kemungkinan baru untuk mendapat kebenaran.

Possibility inilah yang menjadi dasar postmodernisme dalam memperoleh kebenaran. Pendek kata, kebenaran versi postmodernisme bersifat relatif (hlm 76-77). Tiga tokoh dengan pemikirannya masing-masing ditampikan di bab tiga yakni Charles Sanders Pierce, Jacques Lacan, dan Jacques Derrida. Charles Sanders Pierce mengemukakan teori segitiga makna: tanda, objek, dan penafsir. Jacques Lacan menitikberatkan simbol dan wacana, sedangkan Jacques Derrida dengan metode dekonstruksi.

Ketiga tokoh inilah yang banyak memengaruhi dan menginspirasi kelahiran atau perkembangan postmodernisme. Postmodernisme dalam perkembangannya juga mendapat kritikan. Salah satunya dari James N Rosenau. Katanya, sangat sulit menjadikan postmodernisme sebagai bahan pertimbangan membuat kebijakan. Sebab postmodernisme sangat menolak generalisasi dalam pemikirannya. Postmodernisme memandang kebenaran dibangun sendiri oleh individu yang terlibat. Sedangkan dalam proses pembuatan kebijakan pada tataran sosial dan pemerintahan, generalisasi itu mutlak agar dapat digunakan dan ditetapkan oleh semua orang (hlm 188-189).

Buku ini juga menyajikan beberapa kontribusi postmodernisme dalam kehidupan, antara lain dalam bidang pendidikan, seni, antropologi, industri film, dan arsitektur. Dalam bidang pendidikan, pengaruh dan sumbangan postmodernisme terlihat menjamurnya home schooling sebagai bentuk partisipasi masyarakat menciptakan kreativitas. Ini sudah tidak lagi terkungkung pada berbagai bentuk formalistik sistem pendidikan. Dalam bidang seni, pengaruhnya terlihat pada berbagai bentuk hasil reproduksi karya seniman sebelumnya untuk memperbaiki kekurangan.

Di samping itu, untuk mengangkat kembali karya terdahulu dalam bentuk baru. Contoh, Vespa yang dimodifikasi kembali sehingga terlihat ada unsur baru, namun tidak menghilangkan identitas uniknya (hlm 200). Di bidang antropologi, pengaruhnya dapat dilihat dari perkembangan dari masyarakat industri ke informasi. Dalam bidang indsutri film bisa diamati fenomena hiperrealitas yang merupakan "ketidakmampuan individu untuk membedakan kenyataan dari fantasi secara sadar" (hlm 209). Sedangkan dalam bidang arsitektur yang secara interior bergaya postmodernisme dapat dilihat dari perpaduan gaya futuristik dan vintage dalam suatu ruangan agar tercipta suasana nyaman dan harmonis. Selain itu, prinsip dasar arsitektur postmodernisme bersifat simbolik. Semua bangunan dianggap mampu untuk berkata dengan bahasa tertentu (hlm 217). Buku ini dapat memberi sebuah perspektif baru dalam menelaah berbagai perubahan segala aspek kehidupan.

Diresensi M Isnain Abd Malik, Mahasiswa Universias Jayabaya

Komentar

Komentar
()

Top