Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Anak

KB Usai Persalinan Cegah Lahirnya Bayi Berpotensi "Stunting"

Foto : Antara

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, menekankan pentingnya KB Pasca Persalinan (KBPP) untuk mencegah lahirnya bayi stunting. KBPP adalah pelayanan KB yang diberikan setelah persalinan sampai dengan kurun waktu 42 hari.

"Dengan tujuan mengatur jarak kelahiran, jarak kehamilan, dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga setiap keluarga dapat merencanakan kehamilan yang aman dan sehat," ujar Hasto, dalam kegiatan Penguatan KB Pasca Persalinan dalam rangka penurunan Unmet Need KB secara virtual, kemarin.

Hasto mengatakan, berdasarkan data hasil New Siga menunjukkan bahwa capaian KBPP masih sangat rendah. Angkanya baru mencapai 15,8 persen, sehingga masih ada 85 persen ibu bersalin belum menggunakan KBPP.

"Padahal selain mencegah kelahiran bayi yang berisiko stunting, KBPP sangat berkontribusi dalam mencegah kematian ibu dan anak," jelasnya.

Hasto menilai, berdasarkan capaian KBPP yang rendah tersebut maka para pengelola program KB dan Faskes di lapangan diharapkan dapat memberikan promosi dan konseling terhadap Pasangan Usia Subur (PUS). Mereka mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan motivasi ber-KB PUS.

"Untuk itu, diperlukan upaya untuk peningkatan promosi dan konseling KBPP secara komprehensif untuk memperkuat peran dan dukungan dari pengelola program KB dan Faskes dalam meningkatkan cakupan pelayanan KBPP," tandasnya.

Deputi Bidang KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Eni Gustina, juga mengatakan bahwa berdasarkan hasil Pendataan Keluarga tahun 2021 (PK-21), ada 13 alasan utama tidak ber-KB para pasangan usia subur (PUS) yang bukan peserta KB. Pertama adalah ingin hamil atau punya anak.

Kedua mengenai alasan kesehatan, ketiga akibat efek samping, keempat infertilitas/menopause, kelima suami/keluarga menolak, keenam suami tinggal jauh/jarang berhubungan, ketujuh tidak ada alat/obat/cara KB yang cocok.

"Delapan tidak tahu tentang KB, sembilan alasan agama, sepuluh yakni biaya mahal, sebelas berkaitan dengan tempat pelayanan jauh, dan dua belas berkaitan dengan alat/obat/cara KB tidak tersedia, serta terakhir tidak ada petugas pelayanan KB," ucap Eni.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top