Kawah Tumbukan Asteroid Pemusnah Dinosaurus Ditemukan Dasar Laut
Foto: IstimewaPara peneliti menemukan kawah bekas tumbukan asteroid yang berada di lautan di seberang laut Republik Guinea. Tumbukan asteroid tersebut diperkirakan bersamaan saat sebuah pecahan asteroid menghantam Semenanjung Yucatan di Meksiko.
Punahnya dinosaurus secara teori diakibatkan oleh asteroid yang membentur Bumi meski belum diketahui di kawah yang mana. Tercatat saat ini sekitar 10 kawah (crater) hasil tumbukkan asteroid, dengan bekasnya yang dapat dilihat.
Asteroid merupakan benda langit yang memiliki permukaan yang tidak halus namun berbatu. Benda ini beberapa kali menabrak Bumi yang menciptakan kawah besar. Namun sebenarnya tumbukan asteroid bukan hanya terjadi di darat mengingat 71 persen permukaan Bumi adalah lautan.
Kemungkinan asteroid yang menghantam lautan menjadi lebih besar, namun karena tantangan tekanan dasar laut kurang banyak dieksplorasi ketimbang permukaan Mars. Namun demikian baru-baru ini tim ilmuwan dari Heriot-Watt University, University of Texas at Austin, dan University of Arizona, berhasil memetakan dasar laut dan sedimen purba di bawahnya dan mereka kemudian menemukan apa yang tampak seperti kawah bekas tumbukan asteroid.
Menariknya, kawah yang dinamai "Nadir" itu mirip dengan gunung berapi laut terdekat dengan nama Nadir. Gunung ini berada di seberang laut negara Republik Guinea sebuah negara di pantai barat Afrika.
Usianya kawah Nadir diperkirakan sama dengan tumbukan Chicxulub yang ada Semenanjung Yucatan di Meksiko. Tumbukan ini sangat dahsyat pada akhir periode Kapur (Cretaceous), sekitar 66 juta tahun yang lalu, dipercaya kuat dapat memusnahkan dinosaurus dan banyak spesies lainnya.
Temuan Nadir yang dipublikasikan di Science Advances, menimbulkan pertanyaan apakah kawah itu mungkin terkait dengan Chicxulub dalam beberapa hal. Jika hal itu dapat dikonfirmasi, maka akan menjadi temuan penting bagi dunia ilmu pengetahuan karena menjadi salah satu dari sejumlah kecil dampak asteroid yang menumbuk lautan yang diketahui.
Kawah itu diidentifikasi menggunakan "refleksi seismik" (seismic reflection) sebagai bagian dari proyek yang lebih luas untuk merekonstruksi pemisahan tektonik Amerika selatan dari Afrika pada periode Kapur. Teknologi tersebut bekerja dengan cara yang mirip dengan data ultrasound, mengirimkan gelombang tekanan melalui lautan serta dasarnya dan mendeteksi energi yang dipantulkan kembali.
Data yang diperoleh dari ultrasound memungkinkan pada untuk merekonstruksi arsitektur batuan dan sedimen. Mereka menemukan yang sangat tidak biasa, di antara sedimen datar dan berlapis. Penampakannya seperti kawah besar, dengan lebar kurang dari 10 kilometer dengan kedalaman beberapa ratus meter.
Sesuai Simulasi
Banyak fiturnya yang konsisten dengan asal tumbukan, termasuk skala kawah, rasio tinggi terhadap lebar, dan tinggi tepi kawah. Kehadiran endapan kacau di luar dasar kawah juga terlihat seperti ejecta - material yang dikeluarkan dari kawah segera setelah tumbukan. "Kami memang mempertimbangkan kemungkinan proses lain yang dapat membentuk kawah seperti itu, seperti runtuhnya gunung berapi bawah laut atau pilar garam di bawah dasar laut. Pelepasan gas yang eksplosif dari bawah permukaan juga bisa menjadi penyebabnya," tulis para peneliti di laman The Conversation.
Para peneliti tersebut adalah Uisdean Nicholson, Associate Professor of Geoscience, Heriot-Watt University, Sean Gulick Research Professor of Geoscience, University of Texas di Austin, dan Veronica Bray, Research Scientist, Lunar & Planetary Laboratory, University of Arizona.
Namun menurut mereka kemungkinan lain selain tumbukan asteroid sangat kecil setelah tim mengidentifikasi dan mengkarakterisasi kawah. Mereka membuat model komputer dari peristiwa tumbukan untuk melihat apakah dapat mereplikasi kawah dan mengkarakterisasi asteroid dan dampaknya.
Simulasi yang paling sesuai dengan bentuk kawah adalah untuk asteroid berdiameter 400 meter yang menabrak lautan sedalam 800 meter. Konsekuensi dari dampak di laut pada kedalaman air seperti itu sangat dramatis.
Gelombang ini menghasilkan kolom air setinggi 800 meter, serta asteroid dan sejumlah besar sedimen yang langsung menguap dengan bola api besar terlihat ratusan kilometer jauhnya. Gelombang kejut dari dampak akan setara dengan gempa berkekuatan 6,5 atau 7 skala Richter, yang kemungkinan akan memicu tanah longsor bawah laut di sekitar wilayah tersebut dan gelombang tsunami.
Ledakan udara dari ledakan itu akan lebih besar dari apa pun yang terdengar di Bumi dalam catatan sejarah. Energi yang dilepaskan kira-kira seribu kali lebih besar dari letusan gunung berapi bawah laut Hunga Tonga baru-baru ini.
Ada juga kemungkinan bahwa gelombang tekanan di atmosfer akan semakin memperkuat gelombang tsunami jauh dari kawah. hay/I-1
Berasal dari Tabrakan di Sabuk Asteroid
Salah satu aspek yang paling menarik dari kawah ini adalah usia kawah Nadir di dasar laut yang berada di seberang pantai negara Republik Guinea. Usianya diperkirakan sama dengan peristiwa raksasa tumbuhan asteroid di Chicxulub, di Semenanjung Yucatan, Meksiko.
Waktu terjadinya tumbukan itu terjadi pada satu juta tahun, pada batas antara periode Kapur (Cretaceous) dan Paleogen atau 66 juta tahun yang lalu.
"Sekali lagi, jika ini benar-benar kawah tumbukan, mungkinkah ada hubungan di antara mereka? Kami memiliki tiga gagasan tentang kemungkinan hubungan mereka," tulis para peneliti dari beberapa universitas dalam laporannya di laman The Conversation.
Mereka terdiri dari Uisdean Nicholson, Associate Professor of Geoscience, Heriot-Watt University, Sean Gulick Research Professor of Geoscience, University of Texas di Austin, dan Veronica Bray, Research Scientist, Lunar & Planetary Laboratory, University of Arizona
Yang pertama adalah bahwa mereka mungkin terbentuk dari pecahnya asteroid induk, dengan fragmen yang lebih besar menghasilkan peristiwa Chicxulub dan fragmen yang lebih kecil membentuk kawah Nadir. Jika demikian, efek merusak dari dampak Chicxulub dapat ditambahkan oleh dampak Nadir, memperburuk tingkat keparahan peristiwa kepunahan massal.
Peristiwa pecahnya bisa terbentuk oleh tabrakan dekat sebelumnya, ketika asteroid atau benda lain seperti komet melintas cukup dekat ke Bumi. Keduanya tertarik oleh gaya gravitasi yang cukup kuat yang kemudian beberapa asteroid dari komet. Tabrakan ini bisa terjadi pada orbit planet lain berikutnya jika berada di dekatnya.
Meskipun ini lebih kecil kemungkinannya untuk asteroid berbatu, tabrakan ini persis seperti yang terjadi pada komet Shoemaker-Levy 9 yang bertabrakan dengan Jupiter pada 1994. Beberapa fragmen komet juga bertabrakan dengan planet ini selama beberapa hari.
Kemungkinan lain adalah bahwa Nadir adalah bagian dari "klaster benturan" (impact cluster) yang berumur lebih panjang, yang dibentuk oleh tabrakan di sabuk asteroid sebelumnya dalam sejarah tata surya.
Tabrakan ini mungkin telah mengirimkan hujan asteroid ke tata surya bagian dalam. Beberapa diantaranya mungkin telah bertabrakan dengan Bumi dan planet-planet dalam lainnya selama periode waktu yang lebih lama, mungkin satu juta tahun atau lebih.
"Kami memiliki preseden untuk peristiwa seperti itu di periode Ordovisium lebih dari 400 juta tahun yang lalu ketika ada banyak peristiwa berdampak dalam waktu singkat. Akhirnya, tentu saja, ini mungkin hanya kebetulan. Kami memprediksi bahwa tabrakan asteroid berukuran seperti Nadir setiap 700.000 tahun atau lebih," tulis laporan tersebut. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Mai Hang Food Festival Jadi Ajang Promosi Kuliner Lokal Labuan Bajo
- 2 Otorita Labuan Bajo: Mai Hang Food ajang promosi kuliner lokal
- 3 Jenderal Bintang Empat Akan Lakukan Ini untuk Dukung Swasembada Pangan
- 4 Warga Dibekali Literasi Digital Wujudkan IKN Kota Inklusif
- 5 Butuh Perjuangan Ekstra, Petugas Gabungan Gunakan Perahu Salurkan Bantuan ke Lokasi Terisolasi
Berita Terkini
- Imigrasi Kembali Cetak Rekor di 2024, Melaju Cepat dalam Tubuh yang Baru
- Bluebird Salurkan 64.000 Beasiswa ke Anak Keluarga Besar Bluebird
- BNI Bergerak Cepat Salurkan Bantuan bagi Korban Bencana Sukabumi
- Hati-hati! Konsumsi Paracetamol secara Rutin pada Lansia Ternyata Bisa Sebabkan Komplikasi
- Optimalisasi Digital, Strategi ASDP Hadirkan Layanan Prima Nataru 2024/2025