Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kaum Muda di Gaza Rasakan Sensasi Kebebasan Melalui Aktivitas Parkour

Foto : AFP/MAHMUD HAMS

Pantang Menyerah - Mohamed Aliwa saat memperlihatkan aksi parkour di sebuah lokasi di Kota Gaza, Palestina, beberapa waktu lalu. Walaupun kakinya diamputasi dan harus dibantu dengan menggunakan tongkat kruk untuk berjalan, Aliwa menyatakan bahwa dengan melakukan parkour dirinya merasa memiliki energi yang luar biasa dan kondisi tubuh yang cacat tak akan bisa menghalanginya untuk melakukan olah raga ekstrem ini.

A   A   A   Pengaturan Font

Walau menggunakan bantuan tongkat kruk, seorang remaja Palestina bernama Mohamed Aliwa, dengan amat lincahnya melompat dari satu bongkahan beton ke bongkahan lain saat melakukan gerakan parkour di sebuah lokasi di Gaza.

Aliwa bertekad bahwa kakinya yang telah diamputasi tak akan menghalanginya untuk melakukan parkour, sebuah aktivitas olah tubuh yang menghadirkan sensasi kebebasan di tengah realitas hidup yang amat suram di Gaza.

Kaki kanan Aliwa diamputasi pada 2018 setelah terkena tembakan oleh tentara Israel saat terjadi aksi protes di sepanjang tembok perbatasan yang memisahkan Jalur Gaza dengan Israel.

"Impian saya jadi atlet parkour profesional sempat sirna saat kaki saya putus," kata Aliwa, 18 tahun, saat ditemui untuk sesi wawancara di sebuah pusat rehabilitasi pada awal Januari lalu.

Namun saat menyaksikan teman-temannya dengan lincahnya melompat dari satu rintangan ke rintangan lain, Aliwa yang terkadang menggunakan kaki palsu menegaskan pada dirinya sendiri bahwa kondisi tubuhnya yang cacat tak akan bisa menghilangkan impiannya.

"Saya lalu meminta bantuan teman-teman agar saya bisa berjalan, lalu perlahan-lahan saya melakukan gerakan dan melompat mirip dengan apa yang dilakukan teman-teman saya," ungkap dia.

"Ada saatnya saya merasa frustasi. Namun saya selalu menegaskan pada diri sendiri bahwa jika saya bisa melakukan parkour lagi, maka semua yang akan saya hadapi dalam hidup semuanya akan jadi mudah. Olah raga ini telah memberikan energi yang luar biasa," ucap Aliwa.

Sasana Latihan

Parkour adalah sebuah olah raga ekstrem yang juga kerap disebut sebagai freerunning (lari bebas) tercipta untuk pertama kalinya di Prancis pada era '90-an. Aktivitas parkour meliputi kemampuan bernavigasi terhadap segala rintangan dengan melakukan gerakan amat cepat perpaduan antara lompatan, loncatan, berlari, salto, berguling dan bergelantung.

Di Gaza, kaum muda telah bertahun-tahun berlatih parkour. Mereka kebanyakan berlatih dari satu lokasi reruntuhan ke reruntuhan lain yang amat banyak ditemui di daerah kantong yang hancur akibat peperangan Israel dengan kelompok bersenjata Hamas yang telah memerintah Gaza sejak 2007.

Walau terlihat amat mudah, melakukan lompatan parkour yang paling simpel ternyata memiliki risiko bahaya. Oleh karena alasan itu, seorang pria bernama Jihad Abu Sultan, 32 tahun, membuka sasana latihan berupa akademi parkour pertama di wilayah Palestina.

Sasana latihan ini bisa terwujud berkat sokongan perusahaan pembuat alat-alat olah raga raksasa asal Prancis yaitu Decathlon.

"Saya mulai melakukan parkour pada 2005," ucap Abu Sultan saat ditemui di sasana miliknya di kamp pengungsi Al-Shati yang tak jauh dari Kota Gaza. "Pada saat itu, kami tak memiliki ruang untuk melakukan parkour sehingga kami terpaksa harus berlatih di pekuburan dan reruntuhan bangunan yang dihancurkan Israel," imbuh dia.

Abu Sultan mengatakan latihan parkour banyak dilakukan individual secara tak teratur jadwalnya bahkan bisa dikatakan tanpa perencanaan, hingga akhirnya dua bulan lalu ia bersama rekan-rekannya yang sama-sama menggemari parkour membentuk sebuah kelab yang mereka namai "Wallrunners".

"Kelab kami melatih parkour secara aman, jauh dari ancaman bahaya di jalanan," kata Abu Sultan.

Bagi sejumlah pemuda, parkour dianggap sebagai secercah cahaya yang telah menerangi kehidupan yang amat suram di Gaza. Pada laman milik Wallrunners tertulis bahwa kaum muda Palestina telah tumbuh di tengah semua tempaan kesulitan hidup, dan parkour telah jadi metode bagi sebuah pengekspresian diri, sebuah pelarian dan gaya hidup.

"Parkour itu masih belia, dinamis, dan subversif. Sebuah olah raga yang mungkin sesuai untuk tempat-tempat seperti Gaza, dan merupakan pencerminan dari energi, kreativitas, dan merupakan sebuah kegembiraan di masa muda," tulis Wallrunners. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top