Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kasus Stunting di Papua Barat Masih Tinggi, Meski Berat Dinkes Optimistis Bisa Turun 12 Persen pada 2024

Foto : ANTARA/Tri Adi Santoso

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Papua Barat dr Nurmayanti.

A   A   A   Pengaturan Font

MANOKWARI - Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menyatakan optimistis mampu menurunkan kasusstuntingatau terhambatnya tumbuh kembang anak yang masih tinggi di wilayah itu.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Papua Barat dr Nurmayanti di Manokwari, Senin (23/5) mengatakan saat ini kasusstuntingdi Papua Barat berada pada prevalensi 26,2 persen, jauh lebih tinggi dari angka nasional 24,41 persen.

Bahkan, katanya, pada enam kabupaten di Papua Barat, kasusstunting-nya lebih dari 30 persen.

Meski demikian, Dinkes Papua Barat menargetkan pada 2024 kasusstuntingdi wilayah itu turun hingga 12 persen atau berada pada angka di bawah 14 persen.

"Meskipun target kami cukup berat, namun dengan usaha dan kerja keras semua pihak, kami optimistis itu bisa tercapai," kata Nurmayanti.

Menurut dia, tugas untuk menurunkan kasusstuntingtidak semata-mata menjadi tanggung jawab jajaran kesehatan, tapi harus melibatkan lintas sektor.

Salah satu upaya konkrit untuk menurunkan kasusstunting, kata Nurmayanti, yaitu semua anak harus mendapatkan imunisasi lengkap untuk menghindari risiko terserang penyakit.

"Imunisasi itu erat kaitannya dengan upaya menurunkan angkastunting. Kami berharap pelaksanaan bulan imunisasi nasional sekarang ini bisa sukses sehingga dengan demikian secara perlahan kita bisa menurunkan angkastuntingdi Papua Barat," ujarnya.

Penyebab anak mengalami keterlambatan pertumbuhan karena kekurangan asupan gizi saat masa balita. Kekurangan gizi pada anak salah satu faktor pemicunyakarena sering sakit, sehingga berimplikasi pada gangguan pertumbuhan.

"Kurangnya imunisasi dari yang seharusnya diterima akan menyebabkan anak lebih sering sakit. Jika sudah sakit maka asupan gizi akan terhambat dan pada akhirnya anak menjadi kurang gizi," kata Nurmayanti.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top