Kasus "Stunting" di 28 Provinsi Alami Penurunan
Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Syarifah Liza Munira
Syariah Liza mengatakan bentuk intervensi yang dilakukan Kemenkes dalam menekan laju stunting dilakukan melalui serangkaian program kerja, di antaranya skrining anemia, pemeriksaan kehamilan (ANC), dan pemantauan pertumbuhan balita.
Seperti diketahui, anemia yang dipicu kurangnya sel darah merah adalah salah satu indikasi bayi berisiko lahir stunting. Untuk itu, Kemenkes melakukan intervensi berupa pemberian tablet penambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil, hingga pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang kekurangan energi kronis.
Kemenkes juga melakukan intervensi pemberian ASI eksklusif pada bayi, pemberian MPASI kaya protein hewani bagi anak usia di bawah 2 tahun, menerbitkan tata laksana balita kurang gizi, peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi, dan edukasi kepada remaja oleh kementerian/lembaga lainnya.
"Seyogyanya hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) ini bukan untuk dijadikan rapot. Poin pentingnya adalah apa yang bisa dilakukan ke depannya, kemudian ada beberapa determinan yang mempengaruhi angka tersebut," ujarnya.
Angka stunting 2022 menurun 2,8 persen dibandingkan 2021, dari angka 24,4 persen menjadi 21,6 persen berdasarkan survei SSGI, dengan jumlah sampel sebanyak 334.848 bayi dan balita.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Sriyono
Komentar
()Muat lainnya