Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Karbon Nanotube Pendeteksi Daging Busuk

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Nanotube karbon yang dimodifikasi secara kimia sehingga sensor dapat digunakan sebagai "kemasan pintar". Teknologi ini akan menawarkan sejumlah informasi untuk keamanan pangan.

Perangkat yang dikembangkan oleh ilmuwan Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat ini, didasarkan pada karbon nanotube yang dimodifikasi. Perangkat ini dapat mendeteksi amina yang diproduksi oleh daging yang membusuk.

Para ahli kimia di Massachusetts Institute of Technology berhasil menemukan sensor portabel yang murah yang dapat mendeteksi gas yang dipancarkan oleh daging yang sudah membusuk.

Teknologi ini memungkinkan konsumen untuk lebih mudah menentukan apakah daging yang ada di pasar, toko kelontong atau di lemari pendingin mereka di rumah masih layak dan aman dikonsumsi atau tidak.

Timothy Swager dan timnya dari MIT mengatakan bahwa perangkat sensor ini terdiri dari nanotube karbon yang dimodifikasi secara kimia sehingga sensor ini dalam penggunaanya dapat di aplikasikan atau dapat digunakan dalam sebuah "kemasan pintar". Teknologi ini akan menawarkan sejumlah informasi keamanan pangan yang jauh lebih akurat daripada hanya sekedar tanggal batas kedaluwarsa produk pada kemasan.

Teknologi ini juga, lanjut Swager, dapat menjadi sebuah metode yang bisa mengurangi limbah makanan yang menjadi salah satu masalah saat ini dimana banyak orang cenderung menimbun makanan yang mereka kira tidak busuk.

"Orang-orang terus-menerus menumpuk hal-hal yang mungkin tidak buruk," kata Swager, yang juga merupakan penulis senior dalam makalah yang terbit dalam jurnal Angewandte Chemie.

Penulis utama makalah ini adalah Sophie Liu, mahasiswa pascasarjana di MIT. Sementara penulis lain adalah mantan teknisi laboratorium Alexander Petty dan postdoc, Graham Sazama.

Sensor ini mirip dengan perangkat karbon nanotube lain yang dikembangkan oleh Swager dalam beberapa tahun terakhir, termasuk beberapa sensor yang digunakan Swager untuk mendeteksi tingkat kematangan buah.

Semua perangkat ini bekerja pada prinsip yang sama yakni Karbon nanotube dapat dimodifikasi secara kimia sehingga kemampuan mereka untuk membawa perubahan arus listrik dengan adanya gas tertentu.

Dalam hal ini, para peneliti memodifikasi nanotube karbon dengan senyawa yang mengandung logam yang disebut metalloporphyrins, yang mengandung atom logam pusat terikat dengan beberapa cincin yang mengandung nitrogen. Hemoglobin, yang membawa oksigen dalam darah, adalah metalloporphyrin dengan besi sebagai atom pusat.

Untuk sensor ini, para peneliti menggunakan metalloporphyrin dengan kobalt di pusatnya. Metalloporphyrins sangat bagus dalam mengikat senyawa yang mengandung nitrogen yang disebut amina. Yang menarik bagi para peneliti adalah apa yang disebut biogenic amines, seperti putrescine dan cadaverine, yang diproduksi oleh daging yang membusuk.

Ketika porfirin mengandung kobalt yang mengandung salah satu amina ini, maka ia akan meningkatkan ketahanan listrik dari nanotube karbon, yang dapat dengan mudah diukur.

"Kami menggunakan porfirin ini untuk membuat perangkat yang sangat sederhana di mana kami menerapkan potensi di seluruh perangkat dan kemudian memantaunya saat ini. Ketika perangkat bertemu amina, yang merupakan penanda dari proses pembusukan pada daging, maka arus perangkat akan menjadi lebih rendah," kata Liu.

Dalam penelitian ini, para peneliti menguji sensor pada empat jenis daging yakni daguing babi, ayam, ikan cod, dan salmon. Mereka menemukan bahwa ketika didinginkan, keempat jenis itu tetap segar selama empat hari. Tanpa didinginkan, semua sampel membusuk, tetapi pada tingkat yang bervariasi.

Ada sensor lain yang dapat mendeteksi tanda-tanda pembusukan daging, tetapi mereka biasanya instrumen besar dan mahal yang membutuhkan keahlian untuk pengoperasinya. "Keuntungan yang kami miliki adalah ini adalah bahwa ini adalah benar-benar sensor termurah, terkecil dan termudah untuk diproduksi," kata Swager.

Perangkat baru ini juga membutuhkan daya yang sangat kecil. Dengan begitu perangkat ini dapat dimasukkan ke dalam platform nirkabel Swager's lab.

Platform ini baru-baru ini dikembangkan yang memungkinkan smartphone biasa untuk membaca output dari sensor karbon nanotube seperti ini. Para peneliti berharap untuk maju pada tahap pengembangan komersial.

nik/berbagai sumber/E-6

Kesehatan Makanan Terjamin dengan Patch Transparan

Teknologi Patch transpraran ini tidak hanya mampu untuk mendeteksi dan memastikan keamanan pangan dari daging dan produk makanan lainnya. Teknologi ini juga dapat diaplikasikan pada sejumlah penggunaan lain, termasuk untuk memastikan ada tidaknya infeksi pada luka.

Para peneliti dari McMaster University mengembangkan sebuah metode teknologi baru di bidang teknologi pangan. Metode ini mampu memberikan kepastian terkait kondisi daging.

Metode ini akan menjawab apakah daging maupun makanan lainnya aman untuk dimakan atau dikonsumsi atau makanan dan minuman tersebut sudah saatnya harus dibuang ke tempat sampah?

Dalam pengembangan risetnya, sejumlah insinyur mekanik dan kimia di McMaster menjalin kerja sama dengan sejumlah ahli biokimia dari sejumlah kampus di Amerika. Mereka telah berkolaborasi sejak lama untuk mengembangkan patch uji transparan.

Patch ini dicetak dengan molekul yang aman, tidak berbahaya, yang dapat menandai saat adanya kontaminasi makanan yang terjadi pada sebuah produk makanan ataupun bahan makanan. Patch ini dapat dimasukkan langsung ke dalam kemasan makanan, di mana patch ini dapat memonitor isi kemasaan terhadap kehadiran sejumlah patogen berbahaya seperti E. coli dan Salmonella.

Teknologi baru ini dijelaskan belum lama ini dalam sebuah jurnal penelitian ACS Nano. Teknologi patch ini memiliki potensi yang besar untuk menggantikan sejumlah informasi yang ada pada kemasaan seperti tanggal produksi, tangga kedaluarsa maupun tangga konsumsi terbaik yang ada pada model kemasan makanan dan minuman tradisional sebelumnya.

Keberadaan teknologi ini, juga mampu memberikan sebuah indikasi yang pasti bahwa sudah waktunya Anda untuk membuang daging panggang atau segera menuang dan menghabiskan susu yang Anda beli.

"Di masa depan, jika Anda pergi ke toko dan ingin memastikan daging yang Anda beli aman pada titik mana pun sebelum menggunakannya, Anda akan memiliki cara yang jauh lebih andal daripada tanggal kedaluwarsa," kata Hanie Yousefi, yang terlibat dalam pengembangan teknologi ini. Yousefi merupakan mahasiswa pascasarjana dan asisten peneliti di Fakultas Teknik McMaster.

Jika ada patogen di dalam makanan atau minuman di dalam paket atau kemasaan tersebut, maka keberadaan patogen tersebut akan memicu sinyal dalam kemasan yang dapat dibaca oleh smartphone atau perangkat sederhana lainnya. Pengujian yang dilakukan ini sendiri di jamin tidak akan mempengaruhi isi dari kemasan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, patogen bawaan makanan menghasilkan sekitar 600 juta penyakit dan 420.000 kematian per tahun. Sekitar 30 persen dari kasus-kasus tersebut melibatkan anak-anak berusia lima tahun dan bahkan lebih muda.

Para peneliti menamai materi baru mereka ini dengan "Sentinel Wrap". Nama tersebut diberikan sebagai sebuah penghargaan untuk Sentinel Bioactive Paper Network yang berbasis di McMaster, yakni sebuah jaringan penelitian interdisipliner yang bekerja pada sistem pendeteksian berbasis kertas. Jaringan peneliti ini pada akhirnya berhasil memunculkan teknologi pengujian makanan baru.

Insinyur kimia Carlos Filipe dan insinyur mekanik-biomedis Tohid Didar, bekerja sama dalam proyek deteksi baru. Sementara teknologi sinyal untuk tes makanan ini sendiri dikembangkan di laboratorium McMaster dari biokimia Yingfu Li.

"Dia menciptakan kunci, dan kami telah membangun kunci dan pintu untuk melewatinya," kata Filipe, yang merupakan Ketua Departemen Teknik Kimia McMaster.

Produksi masal untuk teknologi patch ini sendiri diperkirkan akan cukup murah dan sederhana. Pasalnya menurut para peneliti, molekul DNA yang mendeteksi patogen makanan tersebut dapat dicetak ke bahan uji.

"Produsen makanan dapat dengan mudah memasukkan ini ke dalam proses produksinya," kata Didar, asisten profesor teknik mesin dan anggota Institut McMaster untuk Infectious Disease Research.

Untuk memastikan temuan mereka dapat dikomersilkan di pasar tentunya akan membutuhkan keberaaan mitra komersial dan persetujuan regulasi terkait..

Selain mengarah pada komersialiasi, para peneliti saat ini jugaterus bekerja untuk menunjukan bahwa teknologi mereka ini dapat digunakan dalam aplikasi lain, seperti perban untuk menunjukkan ada tidaknya infeksi pada luka atau untuk membungkus instrumen bedah untuk memastikan mereka steril. nik/berbagai sumber/E-6

Teknologi Gypsum Diapresiasi Penghargaan Global

Perkembangan teknologi bangunan terus diarahkan pada teknologi ramah lingkungan. Salah satu inovasi di industri bahan bangunan adalah konsep green construction. Konsep ini menekankan pada perencanaan, pelaksanaan, dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan.

Konsep green construction juga dinilai lebih efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, berbiaya rendah, serta memperhatikan kesehatan, dan kenyamanan penghuninya. Untuk mendukung perkembangan konsep ini, beberapa perusahaan penyedia bahan konstruksi, menawarkan produk yang inovatif.

Salah satunya adalah PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia (SGCPI). Produsen papan gypsum Gyproc ini, melakukan kampanye penyelamatan Bumi dari pemanasan global lewat pemilihan bahan bangunan yang ramah lingkungan.

Sistem eco-green perlu diterapkan secara optimal pada desain rumah, salah satunya dengan penggunaan energi seminimal mungkin. Sementara untuk material bangunan yang ramah lingkungan pun harus memenuhi kriteria.

Untuk mengapresiasi teknologi ini, digelar ajang Saint-Gobain Gypsum International Trophy yang ke-11. Perhelatan ini berlangsung pada 23 Maret 2018 lalu di Lisbon, Portugal. Dalam event skala dunia mulai dari Amerika sampai Asia, Eropa hingga Afrika, ada sekitar 87 proyek yang bersaing di enam kategori yaitu Ceiling (plafon), Plaster (plester), Plasterboard (papan gypsum), Innovation & Sustainability (inovasi & keberlanjutan), Residential (perumahan), serta Non-Residential (Non-Perumahan).

Sukses menyelenggarakan kompetisi yang telah berlangsung selama 22 tahun ini menjadikan Saint-Gobain Gypsum International Trophy sebagai referensi dalam dunia konstruksi untuk mengumpulkan berbagai perkembangan inovasi yang paling menakjubkan dan menetapkan standar dunia untuk kualitas dalam hal pengerjaan sistem 'dinding kering' (drywall).

Acara internasional unik yang berlangsung setiap 2 tahun sekali sejak 1996, berawal dari Paris hingga tahun ini berlangsung di Lisbon, dimaksudkan sebagai penghargaan kepada para pekerja di indusri gypsum yang menggunakan solusi Saint-Gobain dalam menyediakan kenyamanan, keamanan, estetika, modularitas dan keberlanjutan untuk membangun dunia yang lebih baik dan merayakan pencapaian mereka di salah satu acara perhelatan besar di dunia dalam industri gypsum.

Dalam event Saint-Gobain Gypsum International Trophy ke-11 yang berlangsung tahun ini, Saint-Gobain Gyproc Indonesia berhasil meraih posisi Runner Up untuk kategori Plasterboard dengan proyek gedung baru Rumah Sakit Saint Carolus, Salemba - Jakarta. Sementara Juara I dalam kategori yang sama dimenangkan oleh St. Mary & Samuel Coptic Orthodox Church, Canada.

Jose Martos - Managing Director Saint-Gobain Gyproc Indonesia mengatakan, ini pertama kalinya Saint-Gobain Gyproc Indonesia berpartisipasi dalam perhelatan ini. Sebagai pendatang baru. "Kami sangat senang dan bangga dapat membawa nama baik Indonesia dan meraih penghargaan di ajang internasional. Penghargaan ini membuktikan tingkat kemampuan aplikator gypsum di Indonesia terus meningkat dan teknologi baru dari Saint-Gobain Gyproc Indonesia mendapat tempat di pasar Indonesia," kata Jose dalam keterangan persnya.

Won Siew Yee - Marketing Director Saint-Gobain Gyproc Indonesia turut menambahkan, Di acara Saint-Gobain Gypsum International Trophy ke-11, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang meraih penghargaan. Kebanyakan masih didominasi oleh peserta dari Eropa.

Pada kesempatan ini, Gyproc Indonesia membawa tim, mewakili Indonesia yang menangani proyek gedung baru RS St. Calorus, Jakarta. Di mana produk terbaru dari Gyproc yakni Habito™ dan XRoc digunakan untuk ruangan XRay. "XRoc itu sendiri merupakan teknologi papan gypsum yang khusus digunakan untuk ruangan X-Ray yang aman dan ramah lingkungan. Hasil uji lapangan juga telah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan," kata Won.yun/E-6

Komentar

Komentar
()

Top