Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Karakteristik Politik Luar Negeri Jokowi-JK

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Padahal, bilateralisme justru kontraproduktif terhadap upaya Indonesia menjadi pemain global abad ke-21 karena bersifat jangka pendek (hal 31). Peran kepemimpinan Indonesia di ASEAN pun kurang menonjol, sekadar formalitas karena titik fokus dunia kini berada di kawasan Indo-Pasifik. Meski begitu, ASEAN strategis bagi kepentingan Indonesia di masa depan.

Antara lain sebagai kekuatan ekonomi regional, power broker, dan pilar penyangga perdamaian (hal 93). Untuk menyikapi kebangkitan Tiongkok, Indonesia memilih jalan tengah: antara "mengekor" dan "melawan."

Kendati secara ekonomi, Indonesia bertitik temu dengan Tiongkok karena pertimbangan infrastruktur, dalam hal keamanan tidak demikian. Misalnya, titik seteru Indonesia-Tiongkok kala insiden pencurian ikan di perairan Natuna pada Juni 2016 oleh kapal Tiongkok, yang lantas disikapi dengan tembakan dari petugas KRI Imam Bonjol. Tak ayal, Tiongkok mengecam dan mengutuk tindakan tersebut.

Untuk menangkal ancaman dan mengukuhkan status kepemilikan, Indonesia berstrategi diplomasi kapal meriam, unjuk kekuatan, serta membangun dan menamai kawasan Laut Natuna Utara (hal 107).

Bagaimanapun, politik luar negeri bukan hanya raihan kepentingan nasional, melainkan juga tanggung jawab sebagai masyarakat global. Pada era Jokowi-JK, Indonesia berperan sebagai mediator konflik Arab Saudi-Iran pada 2016, diplomasi dan bantuan kemanusiaan Myanmar 2017, dan fasilitator perdamaian Afghanistan pada 2018.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top