Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan I Beijing Terus Kembangkan Energi Terbarukan

Kapasitas PLTB dan PLTS Tiongkok Melonjak Tajam

Foto : ISTIMEWA

GLOBAL ENERGY MONITOR LSM yang Berpusat di AS - Angka tersebut jauh melampaui negara peringkat kedua, Amerika Serikat, yang hanya membangun total 40 GW.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Sebuah penelitian yang diterbitkan pada hari Kamis (11/7) menunjukkan Tiongkok membangun kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) melonjak tajam, hampir dua kali lipat lebih banyak dari seluruh negara lain jika digabungkan.

Dikutip dari France 24, ekonomi terbesar kedua di dunia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar yang menyebabkan perubahan iklim. Tiongkok telah berkomitmen untuk mencapai puncak emisi karbon pada tahun 2030 dan mencapai nol emisi pada tahun 2060.

Negara ini telah mengalami beberapa gelombang cuaca ekstrem dalam beberapa bulan terakhir yang menurut para ilmuwan menjadi lebih parah akibat perubahan iklim. Tiongkok saat ini memiliki total kapasitas sebesar 339 gigawatt (GW) yang sedang dibangun, termasuk 159 GW tenaga angin dan 180 GW tenaga surya.

"Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari jumlah seluruh dunia yang digabungkan," menurut studi yang dilakukan oleh Global Energy Monitor, sebuah LSM yang berpusat di Amerika Serikat.

"Angka tersebut jauh melampaui negara peringkat kedua, Amerika Serikat, yang hanya membangun total 40 GW," kata laporan itu.

Dikatakan Tiongkok telah memulai pembangunan sepertiga dari kapasitas tenaga angin dan surya baru yang telah diumumkannya hingga saat ini, dibandingkan dengan rata-rata global yang hanya tujuh persen.

"Kontras yang mencolok dalam tingkat konstruksi menggambarkan sifat aktif komitmen Tiongkok untuk membangun proyek energi terbarukan," kata studi tersebut.

Beberapa Kekurangan

Pembangunan besar-besaran energi terbarukan di Beijing memang memiliki beberapa kekurangan. Jaringan listrik nasional bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang sangat berpolusi untuk mengatasi lonjakan permintaan listrik.

Berjuang untuk menyalurkan energi terbarukan yang dihasilkan di wilayah barat laut yang terpencil ke pusat-pusat ekonomi dan populasi di timur. Namun menurut laporan tersebut, kapasitas gabungan tenaga angin dan tenaga surya Tiongkok akan melampaui batu bara tahun ini.

Dia mengatakan perluasan energi terbarukan yang cepat meningkatkan harapan bahwa emisi karbon Beijing akan mencapai puncaknya lebih cepat dari yang diharapkan.

Dalam laporan terpisah yang dirilis pada hari Kamis, Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih atau Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), menemukan Tiongkok tidak mengeluarkan izin baru untuk proyek pembuatan baja berbasis batu bara pada paruh pertama tahun 2024.

CREA menyatakan ini adalah pertama kalinya dalam basis setengah tahunan tidak ada izin baru sejak Tiongkok mengumumkan target karbon ganda pada September 2020, sebuah perkembangan yang dipuji sebagai kemungkinan titik balik oleh organisasi penelitian independen tersebut.

"Seiring dengan meningkatnya permintaan baja di Tiongkok dan semakin banyaknya besi tua yang tersedia, terdapat potensi besar untuk beralih dari produksi berbasis batu bara, yang menghadirkan peluang signifikan bagi pengurangan emisi dalam 10 tahun ke depan," kata laporan CREA.

Para ilmuwan mengatakan pemanasan global membuat cuaca ekstrem lebih sering terjadi dan intens. Tiongkok mengalami musim panas yang dirusak oleh panas menyengat di utara dan hujan lebat di selatan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top