
Kampanye Pemilu Diwarnai Perang Kata-kata Marcos vs Duterte
Presiden Ferdinand Marcos Jr (kiri) saat bertemu dengan mantan Presiden Rodrigo Duterte di Istana Malacanang di Manila pada Juni 2022 lalu. Kampanye pemilu paruh waktu Filipina saat ini telah menjadi pertarungan proksi antara Marcos Jr dan Duterte.
Foto: AFP/Francis R MALASIGMANILA – Pemilu sela Filipina pada Mei mendatang seharusnya menjadi ajang perebutan kursi senat dan ribuan jabatan daerah. Namun, setelah satu bulan masa kampanye, pertarungan terberat justru terjadi bukan di antara para kandidat, melainkan oleh dua tokoh yang sangat vokal.
Pemilu 2025 telah menjadi pertarungan proksi antara petahana Presiden Ferdinand Marcos Jr, 67 tahun, dan pendahulunya, mantan Presiden Rodrigo Duterte, 79 tahun. Kedua pemimpin populis tersebut saling menyerang dalam pidatonya yang dimaksudkan untuk mendukung masing-masing kandidat senator, apalagi yang dipertaruhkan adalah masa depan klan dinasti mereka.
Putri Duterte, Sara Duterte, dimakzulkan sebagai wakil presiden oleh anggota parlemen yang bersekutu dengan Marcos Jr kurang dari sepekan sebelum dimulainya periode kampanye resmi pada 11 Februari lalu, yang dipandang sebagai referendum atas kepresidenan Marcos Jr. Sidang pemakzulan Duterte sendiri akan dimulai saat kongres baru bersidang pada Juli mendatang.
Pada Mei, warga Filipina akan memilih 12 dari 24 kursi senat, sementara sisanya akan diperebutkan dalam pemilihan umum 2028. Ada juga lebih dari 300 anggota kongres dan ribuan pejabat daerah di setiap provinsi, kota, dan kota kecil yang ikut serta dalam pemilihan umum.
Marcos Jr sendiri melancarkan serangan pembuka terhadap keluarga Duterte pada rapat umum pembukaan kampanye calon senator yang didukung pemerintah di Kota Laoag, Filipina utara, di Ilocos Norte, sebuah wilayah yang merupakan basis keluarganya.
Menghadapi kerumunan sekitar 20.000 orang di arena yang dipenuhi pendukung yang mengenakan baju merah, Marcos Jr mengatakan bahwa memberikan suara kepada kandidat pilihannya juga merupakan bentuk penolakan terhadap kembalinya rezim Duterte yang “berdarah, korup, dan pro-Tiongkok”.
"Tidak ada warga Filipina yang ingin kembali ke pemerintahan seperti itu. Itulah sebabnya Anda harus yakin bahwa ketika kandidat kami terpilih menjadi anggota senat, mereka tidak akan berpartisipasi dalam kebijakan seperti ini yang telah kami tinggalkan dan tidak ingin kami lakukan lagi," kata Marcos Jr, sambil menghindari penyebutan apapun tentang pemakzulan Duterte.
Tuduhan dan Ancaman
Sementara itu Duterte yang terkenal agresif, muncul dua hari kemudian saat peluncuran kampanye calon senator Partai Partido Demokratiko Pilipino-Lakas ng Bayan (PDP-Laban) di Kota San Juan, dekat Ibu Kota Manila.
Duterte sekali lagi menuduh penggantinya sebagai seorang pecandu narkoba, tuduhan yang sering dibantah oleh petahana presiden tersebut .
“Marcos Jr akan menjadi gila. Mungkin karena terus-menerus mengkonsumsi heroin, ia akan mencapai usia 80 tahun. Namun saat itu, ia tidak akan bisa bergerak. Ia hanya akan berdiri di kamarnya atau tidur,” kata Duterte.
Ia melanjutkan dengan bercanda bahwa ia akan membunuh senator petahana melalui ledakan bom untuk membantu memastikan kemenangan PDP-Laban.
Duterte lalu menuduh Marcos Jr berencana menjadi diktator dengan maksud untuk memberlakukan darurat militer seperti yang dilakukan ayahnya. Ia kemudian mengangkat isu pemakzulan putrinya untuk pertama kalinya, mendesak warga Filipina untuk memilih semua kandidat PDP-Laban guna membantu menggagalkan pencopotan Duterte dari jabatannya.
Hal ini mendorong kantor Presiden Marcos Jr untuk merilis pernyataan pada hari berikutnya yang menyebut Duterte sebagai “pabrik penyebar berita palsu”. ST/I-1
Berita Trending
- 1 Polresta Cirebon gencarkan patroli skala besar selama Ramadhan
- 2 Kota Nusantara Mendorong Investasi Daerah Sekitarnya
- 3 Ini Klasemen Liga 1 Setelah PSM Makassar Tundukkan Madura United
- 4 Soal Penutupan TPA Open Dumping, Menteri LH: Ada Tahapan Sebelum Ditutup Total
- 5 Rekrutmen Taruna TNI 2025 Sudah Dibuka, Ini Link Pendaftaran dan Syaratnya