Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Budaya Adiluhung - Manusia Harus Memanusiakan Sesama

Kampanye Nilai-nilai Toleransi lewat Film

Foto : ANTARA/Ho-Noor Huda Ismail

Sutradara sekaligus Founder Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) Noor Huda Ismail di Universitas Pamulang Kampus Viktor, Tangerang Selatan, Sabtu (2/3).

A   A   A   Pengaturan Font

Dengan toleransi tinggi, Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih besar karena keberagamannya.

TANGERANG - Berbagai cara dijalankan masyarakat agar semakin tumbuh nilai-nilai toleransi. Orang beragama harus bisa menerima aliran yang berbeda. Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP), sebuah wirausaha sosial yang didirikan pegiat antiterorime dan radikalisme, Noor Huda Ismail, mencoba mengampayekan toleransi melalui film Ahmadiyah's Dilemma dan Puan Hayati: Threads of Faith.

"Film ini bertujuan awareness campaign atau membangun kesadaran publik agar bisa menerima aliran keyakinan lain yang secara sosiologis bagian dari negara yang harus dilindungi," kata Noor Huda dikutip dari siaran pers di Jakarta, Sabtu.

Kedua film tersebut dibedah di Universitas Pamulang Kampus Viktor di Tangerang Selatan, Banten, Sabtu, dengan menghadirkan pembicara Noor Huda Ismail, rapper yang juga penganut Ahmadiyah Malik Ros, serta Dwi Setiyani Utami. Ada juga Nata Hening Graita Prameswari, penganut aliran kepercayaan Puan Hayati.

"Ahmadiyah's Dilemma" menjelajahi lebih dalam perjuangan yang dihadapi oleh pengikut Ahmadiyah. Sedangkan dalam Film Puan Hayati: Threads of Faith, Dwi Utami dan Nata Hening menjelaskan tentang seberapa besar komitmen pada keyakinan Puan Hayati di Jawa Tengah.

"Sebuah film dapat mengajar manusia untuk saling bertoleransi walaupun memiliki latar belakang agama yang berbeda," ujar Noor Huda yang sekaligus menjadi sutradara kedua film itu.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka, Antara

Komentar

Komentar
()

Top