Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketua Kontingen Olimpiade (Chef de Mission-CdM) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani

”Kami Harus Pastikan Semua Atlet Indonesia Sehat dan Aman”

Foto : BERITASTU PHOTO/UTHAN AR
A   A   A   Pengaturan Font

Olimpiade Tokyo yang tertunda setahun karena pandemi Covid-19 akan dimulai pada Jumat (23/7) nanti. Meski masih dibayangi ancaman pandemi korona yang akhir-akhir ini kembali mengkhawatirkan, ajang multievent terbesar di dunia itu tetap digelar.

Ketua Kontingen atau Chef de Mission (CdM) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, memaparkan semua hal terkait persiapan kontingen Indonesia kepada wartawan Koran Jakarta, Beni Mudesta, dalam beberapa kesempatan.

Sebelum masuk ke persiapan, hal yang perlu diketahui, bagaimana Anda bisa ditunjuk jadi Ketua Kontingen Indonesia di Olimpiade 2020 Tokyo?

Awalnya saya ditawari jadi CdM oleh Okto (Raja Sapta Oktohari, Ketua NOC Indonesia). Saya sempat bertanya balik, kenapa harus saya? Dijawab sama Okto, bahwa saya sebagai Ketua Cabang Olahraga Angkat Besi pasti bakal berpartisipasi dan juga rutin menyumbang medali di Olimpiade. Alasan kedua, kata Okto, saya tahu Bang Rosan dengan olahraga itu passionate gitu. Kalau memang saya bersedia maka dia mau mengusulkan. Saya bilang, pada dasarnya, saya kalau demi kepentingan bangsa dan negara dan tujuannya prestasi, saya bersedia. Saya juga mau memastikan kalau saya jadi CdM, benar-benar harus optimal. Saya juga ingin mendapatkan dukungan dari NOC dan tentunya pemerintah.

Apakah pernah berkomunikasi dengan Menpora Zainudin Amali soal posisi sebagai Ketua Kontingen?

Waktu itu, Pak Menteri ketika datang ke PB PABBSI melihat pelatnas angkat besi. Pak Menteri menyampaikan kepada saya, 'Mau nggak menjadi CdM Olimpiade?' Tawaran itu karena melihat organisasi PABBSI yang begitu rapi, karena beliau sudah mengunjugi beberapa cabor, dan melihat bahwa PABBSI ini semua rapi. Beliau bilang, 'Kalau Bang Rosan diusulkan, saya pasti menyetujui. Saya bilang, 'lya Pak Menteri, kalau demi kepentingan negara pasti saya laksanakan. Saya bilang, saya pasti butuh support dari semua. Pak Menteri bilang, 'lya pasti di-support'.

Sempat diusulkan juga jadi Ketua Kontingen SEA Games 2019. Kenapa pilih memimpin delegasi Olimpiade 2020?

Kalau Olimpiade atletnya tidak terlalu banyak, jadi bisa lebih fokus. Saya ingin berkontribusi dari segi medali (supaya) bisa lebih baik lah.

Anda menjabat banyak posisi, yakni Ketua KADIN, Ketua PABBSI, dan terbaru Ketua Satgas Omnibus Law. Bagaimana caranya bisa mengatur waktu dengan tugas sebagai Ketua Kontingen Olimpiade?

Untuk urusan mendetail pasti saya akan dibantu sama tim, tapi saya pasti akan turun tangan sendiri. Kalau KADIN, saya sudah mengetahui iramanya dan kegiatannya, begitu di PABBSI juga. Kalau CdM ini saya juga pasti dapat support. Saya juga mendapat kepercayaan jadi Ketua Satgas Omnibus Law, ini juga sementara berjalan dan saya sudah melihat jadwal-jadwalnya. Tentunya saya menyanggupi ini maka waktu, tenaga, pikiran tentu saya sudah siapkan jadi CdM Olimpiade 2020.

Sekarang masuk ke persiapan, apa perkembangan terakhir sebelum keberangkatan terutama kaitannya dengan kondisi saat ini?

Atlet, pelatih, maupun ofisial yang terpapar Covid-19, 14 hari sebelum keberangkatan, tidak akan diberangkatkan. Peraturan tersebut diterapkan karena panitia penyelenggara Tokyo 2020 mempunyai regulasi protokol kesehatan sangat ketat, termasuk ketika kontingen dari seluruh negara tiba di Jepang.

Kami sudah mempunyai aturan, apabila 14 hari sebelum keberangkatan, baik atlet, pelatih maupun ofisial terpapar Covid-19, kami usulkan untuk tidak diberangkatkan karena waktu yang mepet. Jika diberangkatkan, itu bisa memengaruhi kontingen Indonesia secara keseluruhan.

Tapi sejauh ini, saya memastikan seluruh atlet, pelatih, dan ofisial yang akan mengikuti Olimpiade dalam keadaan sehat dan siap berangkat ke Tokyo. Sesuai dengan peraturan panitia, kami akan melakukan tujuh kali swab selama tujuh hari berturut-turut sebelum berangkat ke Tokyo.

Kondisi akan berbeda apabila seseorang kedapatan positif Covid-19 ketika sudah tiba di Tokyo, panitia penyelenggara telah menyiapkan mitigasinya. Seseorang yang positif itu akan dirujuk ke rumah sakit yang ditunjuk oleh pemerintah setempat untuk mendapat perawatan.

Saya berharap itu tidak terjadi kepada atlet Indonesia. Apabila atlet sudah masuk ke RS dan hari pertandingan sudah lewat maka dia didiskualifikasi. Dari segi tracing, apabila ada yang dianggap melakukan kontak, itu tidak langsung dikategorikan sebagai positif Covid-19, tetapi akan ada metode interview dan diperiksa. Jika negatif maka mereka bisa kembali berlatih dan akan diperbolehkan bertanding.

Apa pesan Anda kepada seluruh kontingen?

Saya menekankan agar para atlet dan pelatih benar-benar memperhatikan protokol kesehatan dengan disiplin, mengingat jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat dalam beberapa hari terakhir ini. Ini sudah dekat waktunya, tapi saat bersamaan Covid-19 sedang meningkat di Indonesia bahkan beberapa hari terakhir pecah rekor terus.

Jadi, mohon kerja sama dari atlet dan pelatih untuk benar-benar memperhatikan protokol kesehatan yang ada, jangan sampai ada yang tidak berangkat.

Kalau saya lebih melihat protokol kesehatan yang harus kita ingatkan dan prioritaskan (jelang Olimpiade ini). Jangan sampai persiapan sudah baik dan matang, pas hari-H, ada atlet yang terkena saat mau bertanding. Itu akan menjadi masalah cukup besar. Makanya, saya mengingatkan selalu terutama kepada atlet-atlet kita dan ofisial, protokol kesehatan jalankan secara ketat.

Semua atlet yang berada di wisma atlet tidak bisa keluar-masuk, tidak boleh pakai kendaraan umum, sesudah bertanding harus langsung pulang dua hari kemudian. Makanya, ini terkait protokol kesehatan di sana, kami update terus-menerus dan itu harus kami sosialisasikan juga kepada kontingen yang berangkat bahwa protokol yang ada harus dipatuhi.

Untuk persiapan atlet menghadapi pertandingan seperti apa?

Hingga saat ini, persiapan para atlet berjalan lancar. Saya menilai semua sudah makin fokus. Atlet Indonesia melakukan persiapan khusus, baik di dalam negeri dan di luar negeri. Seperti atletik yang mendatangkan pelatih AS Harry Marra serta penembak Vidya Rafika yang tengah berkompetisi di Serbia.

Indonesia sudah memastikan 28 atlet yang akan berkompetisi di delapan cabor, yaitu bulu tangkis (11), atletik (2), panahan (4), menembak (1), dayung (2), angkat besi (5), surfing (1), dan renang (2).

Terkait upacara pembukaan, apa saja yang dipersiapkan?

Atlet selancar putra, Rio Waida, dan lifter putri, Nurul Akmal, akan ditugaskan membawa bendera Merah Putih kontingen Indonesia dalam upacara pembukaan.

Parade defile Olimpiade kali ini tidak akan semeriah biasanya. Panitia penyelenggara Tokyo 2020 sudah membuat rencana untuk membatasi jumlah atlet yang ikut serta sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19 yang telah ditetapkan.

Pada saat acara pembukaan atlet yang ikut dalam parade defile hanya yang tidak memiliki jadwal pertandingan keesokan harinya.

Kostum para atlet pada pembukaan 23 Juli nanti, mereka akan mengenakan jas yang sporty dengan warna merah dan putih. Saya sendiri simple, akan mengenakan pakaian adat khas Betawi. Kami diminta kostum yang tidak terlalu berat karena harus dipakai sendiri. Tidak semua atlet ikut karena kuota juga terbatas dan besoknya (24/7) pastikan kondisinya fit karena mulai bertanding.

Tim bulu tangkis sudah lebih dulu berada di Jepang, apa alasannya?

Tim bulu tangkis Indonesia bertolak lebih dahulu pada 8 Juli lalu. Sedangkan kontingen yang lain pada 18 Juli. Itu karena mereka melakukan pemusatan latihan di Kumamoto.

Untuk target, apa yang dibebankan untuk Kontingen Merah Putih kali ini?

Indonesia tidak mematok target jumlah medali, tapi kami ditargetkan perbaikan peringkat secara keseluruhan. Pada Olimpiade Rio 2016, Indonesia menempati peringkat ke-46 dengan satu emas dan dua perak. Tahun ini, Indonesia menargetkan 40 besar.

Olimpade diundur selama satu tahun, tidaklah cukup juga bagi atlet untuk melakukan persiapan. Ini bukan Olimpiade yang mudah karena banyak keterbatasan yang kita hadapi. Meski begitu, kita semua harus berjuang bersama-sama untuk menjawab tantangan prestasi.

Ini masa yang tidak gampang. Kita harus terlatih untuk menjalankan protokol kesehatan agar tetap sehat dan terhindar dari Covid-19.

Ada beberapa atlet yang gagal lolos kualifikasi, bagaimana tanggapan Anda?

Saya memahami kegagalan itu karena kondisi saat ini, contohnya di cabang bulu tangkis. PBSI sebenarnya masih berpeluang menambah wakilnya di sektor ganda campuran, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja.

Ya, memang ini yang terjadi di babak kualifikasi yang diperpendek karena pandemi Covid-19, dan ini terjadi tidak hanya pada cabang bulu tangkis, tapi banyak cabang. Seharusnya peluangnya dapat (tiket) lebih banyak, tapi karena kualifikasi dihentikan, jadi tidak bisa bertanding.

Untungnya, kita masih bisa menambah wakil dari wildcard. Untuk wildcard ada dari tiga cabor, seperti renang, balap sepeda freestyle, dan senam.

Terkait pemberangkatan, bagaimana jadwal kontingen Indonesia bertolak ke Tokyo dan apa yang akan mereka lakukan setibanya di sana?

Penerbangan akan dibagi menjadi lima kloter. Kontingen Indonesia secara keseluruhan berjumlah 84 orang, yakni 54 orang merupakan atlet dan ofisial dan 30 lain di antaranya adalah tim dokter, masseur, dan atase.

Pertama, tim bulu tangkis yang menjalani training camp di Kumamoto pada 8 Juli, dilanjutkan advance team (15 Juli).

Ketiga adalah panahan, menembak, rowing, surfing, angkat besi, serta renang pada 17 Juli. Keempat adalah Presiden NOC Indonesia, CdM bersama tim pada 20 Juli, dan terakhir adalah atletik pada 24 Juli.

Berdasarkan jadwal itu, kami sebenarnya sudah memberikan spare lima hari sehingga tetap memiliki waktu karena rata-rata atlet Indonesia bertanding 24 Juli. Kalaupun ada perubahan, mungkin yang harus dipikirkan adalah kloter terakhir.

Terpenting, kami ingin membuat kontingen Indonesia aman saat masuk Tokyo dan berada di sana sehingga kami bisa memberikan kenyamanan bagi semuanya, baik masyarakat lokal dan seluruh pihak yang berparitisipasi di Olimpiade Tokyo.

Regulasi karantina yang diterapkan dibagi berdasarkan tingkat kasus Covid-19 di negara peserta. Mulai awal Juli, Indonesia masuk Grup II bersama Bangladesh, Mesir, Malaysia, Uganda, dan Inggris.

Itu info non-official karena kami belum menerima surat resmi TOCOG. Tapi, yang perlu menjadi catatan adalah klasifikasi regulasi karantina ini fluktuatif. Aturan karantina yang berlaku di Grup II adalah atlet dan ofisial wajib tes selama tiga hari beruntun sebelum berangkat ke Jepang. Saat tiba, kontingen diwajibkan membatasi kontak fisik dengan delegasi dari negara lain. Ini juga berlaku untuk tim yang datang lebih dulu untuk aklamatisasi.

Riwayat Hidup*

Nama: Rosan Perkasa Roeslani

Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 31 Desember 1968

Istri: Anak Agung Ayu Manik

Anak: Raisya Saraswati Roeslani, Razan Satrya Roeslani, dan Ranisya Savitri Roeslani

Hobi: Menyelam

Pendidikan:

  • Sarjana Administrasi Bisnis di Oklahoma State, AS (1993)
  • Magister Bisnis di Antwerpen European Unversity, Belgia (1996)

Karier:

  • Komisaris Saratoga Investama Sedaya (2004-sekarang)
  • Presiden KOmisaris Bank BTPN (2005-2007)
  • Komisaris Lativi Mediakarua (2008-sekarang)
  • Treasury Himpunan Pengusaha Muda Indonesi (2005-2008)
  • Presiden Direktur Berau Coal Energy (2010-2013)
  • Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial (2010-2015)
  • Ketua Umum Kadin (2015-2021)
  • Ketua Kontingen Indonesia di Olimpiade 2020 Tokyo (2020-sekarang)

*BERBAGAI SUMBER/LITBANG KORAN JAKARTA/AND


Redaktur : Sriyono
Penulis : Benny Mudesta Putra

Komentar

Komentar
()

Top