Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pertemuan Regional I Pengesahan Utusan Khusus Asean untuk Myanmar yang Baru Tertunda

Kamboja Tunda Retret Menlu Asean

Foto : istimewa

Menteri Penerangan Kamboja, Khieu Kanharith

A   A   A   Pengaturan Font

PHNOM PENH - Kamboja pada Rabu (12/1) mengumumkan bahwa pertemuan para menteri luar negeri dari negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/Asean) pertama di bawah kepemimpinan negaranya yang dijadwalkan pekan depan, akan ditunda.

Menurut keterangan seorang pejabat pemerintah Kamboja, penundaan itu terjadi di tengah laporan adanya perbedaan pendapat anggota blok regional tersebut atas kunjungan Perdana Menteri Hun Sen ke Myanmar pekan lalu, di mana ia tidak menemui para pemimpin demokrasi di negara itu.

Menteri Penerangan Kamboja, Khieu Kanharith, mengatakan retret para menlu Asean secara langsung di Siem Reap yang dijadwalkan pada 18-19 Januari, ditunda karena beberapa diplomat tinggi Asean mengatakan mereka akan kesulitan untuk bepergian.

"Retret Menteri Luar Negeri Asean (AMM Retreat) yang semula dijadwalkan pada 18-19 Januari 2022 di Provinsi Siem Reap, telah ditunda," kata Khieu dalam sebuah pernyataan di Facebook, tanpa mengumumkan tanggal baru untuk pertemuan tersebut. "Alasan penundaan tersebut adalah karena banyak perwakilan dari Asean yang mengalami kesulitan bepergian untuk menghadiri pertemuan tersebut," imbuh Khieu.

Penundaan tersebut secara efektif menunda pengesahan resmi Menteri Luar Negeri Kamboja, Prak Sokhonn, sebagai Utusan Khusus Asean yang baru untuk Myanmar.

Menurut para analis, perpecahan di Asean terkait perjalanan PM Hun Sen ke Myanmar dan potensi diundangnya menlu junta untuk menghadiri retret diplomat Asean itu, mungkin menjadi alasan ketidakhadiran sejumlah diplomat.

Sejak kudeta di Myanmar, negara-negara anggota Asean menolak untuk mengundang pemimpin militer Myanmar untuk mengikuti berbagai pertemuan puncak Asean di tengah terus berlangsungnya penumpasan oleh junta terhadap warga sipil yang berunjuk rasa.

Beberapa anggota Asean lainnya menyampaikan kekhawatiran bahwa keikutsertaan pemimpin militer Myanmar mungkin akan mengarah pada pengakuan atas rezim junta.

PM Hun Sen, yang tahun ini mengambil alih kepemimpinan bergilir Asean, sebelum kunjungan ke Myanmar telah mengatakan bahwa ia ingin junta Myanmar diwakili dalam pertemuan blok tersebut.

Namun Presiden Indonesia, Joko Widodo, dengan tegas mengatakan bahwa jika pemimpin kudeta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, tidak menerapkan peta jalan lima poin yang disepakati sebelumnya menuju demokrasi, maka Myanmar seharusnya hanya diwakili oleh perwakilan non-politik di pertemuan Asean.

Diplomasi Koboi

Menurut Sophal Ear, seorang pakar Kamboja, negara-negara anggota Asean yang menyebut alasan kesulitan perjalanan adalah cara sopan mereka untuk tidak mengatakan hal sebenarnya bahwa mereka tidak mau hadir.

"Ini bukan boikot resmi, tetapi (beberapa menlu negara anggota Asean) mengajukan beberapa alasan mengapa mereka tidak dapat bergabung dalam pertemuan tersebut. Ini akibat dari 'diplomasi koboi' Kamboja," Ear yang adalah seorang dekan dan profesor di Sekolah Manajemen Thunderbird Arizona State University di Phoenix, Amerika Serikat.

Pernyataan Ear soal 'diplomasi koboi' diamini oleh para kritikus yang mengatakan bahwa Kamboja telah merusak blok Asean dengan bertemu dengan pemimpin junta Myanmar setelah tidak diundang dari KTT Asean karena mengingkari janjinya untuk menerapkan konsensus lima poin blok tersebut.

Hun Sen telah memecah belah blok regional karena apa yang oleh beberapa orang digambarkan sebagai "diplomasi koboi" dengan Myanmar, yang mengakibatkan negara-negara anggota yang lebih otoriter berkonflik dengan negara-negara demokrasi liberal, kata para pengkritik itu. RFA/NHK/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top