Kali Cisadane Penuh Sampah
Foto: istimewaKali Cisadane yang menuju muara laut Teluk Naga menjadi tong sampah raksasa.
JAKARTA - Kali Cisadane yang melintasi Tangerang dipenuhi sampah dan limbah. Hal ini terlihat di Kali Mati Cisadane di Tanjung Burung, Teluk Naga, Tangerang, yang dipenuhi limbah cair dan sampah sehingga menyebabkan biota air turut musnah.
"Kota-kota maju di dunia mengusung konsep clean and green, seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa sangat peduli terhadap kebersihan dan keindahan kali. Kenapa berbeda dengan kita, sebagian dari saudara kita tidak peduli terhadap kali dan kelestariannya," ujar Ketua Koalisi Kawali Indonesia Lestari (KPNas), Bagong Suyoto, di Jakarta, Minggu (20/10).
Menurut Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNas) ini, sepanjang lebih kurang 12-15 km kiri-kanan DAS Kali Cisadane dipenuhi aktivitas perlapakan sampah. Ratusan pelapak dan pemulung mengorek dan memilah sampah di DAS Kali Cisadane. Mereka secara terang-terangan membuang sisa-sisa sampahnya beberapa ton ke badan kali setiap hari.
"Menurut informasi, sampah-sampah itu berasal dari mal, supermarket, apartemen, kantor, dan lain lain. Seperti dari mal, proses pengelolaan sampah ditenderkan, kemudian pemenang tender menyerahkan pada makelar atau biong, selanjutnya biong menjual pada pelapak-pelapak sekitar 300.000 rupiah per truk," katanya.
Kemudian, lanjut Bagong, para pelapak memperkerjakan beberapa pemulung untuk mengais dan memilah sampah. Pendapatan pemulung sekitar 35.000-50.000 rupiah per hari. Sedangkan penghasilan pelapak berkisar 500.000-750.000 rupiah per hari, dan mungkin ada yang lebih besar dari itu.
"Persoalan utama dan serius adalah para pelapak tidak bertanggungjawab pada sisa-sisa sampahnya yang dianggap tak bernilai, sebagian besar membuangnya ke Kali Cisadane," jelasnya.
Langgar Hukum
Dia menegaskan, pembuangan sampah ke kali itu merupakan aktivitas melanggar hukum dan telah diketahui pemerintah setempat, baik tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan tingkat pusat. Bahkan berbagai media mengekspos secara besar-besaran.
"Tetapi mereka tidak bergeming! Sungguh nyali mereka semakin kukuh dalam mencemari dan merusak lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat! Mereka sudah kebal dan urat malunya sudah hilang. Mereka juga sudah lupa, bahwa agamanya sangat mencintai keindahan dan kebersihan," tegasnya.
Seharusnya, ucap Bagong, para pelapak bersama pemasok sampah tersebut menyediakan teknologi pemusnah sampah/limbah.
Menurutnya, kegiatan pemilahan sampah tidak bisa hanya mengandalkan motif ekonomi, alasannya untuk mencari makan, menciptakan lapangan kerja, atau dengan alasan lain yang dicari-cari, jika usaha sampah ini ditutup oleh pemerintah.
Saat ini, kata Bagong, Kali Cisadane yang menuju muara laut Teluk Naga itu menjadi tong sampah raksasa. Kondisinya semakin memprihatikan, kualitas air kali semakin buruk karena semakin massifnya pabrik-pabrik, seperti pabrik tekstil dan lainnya di Tangerang membuang limbah cairnya ke Kali Cisadane.
Secara kasat mata, airnya keruh, kehitaman, sangat baru, dan sejumlah biota air mati. Ikan sapu-sapu pun ikut mati, padahal merupakan ikan yang palin tahan.
- Baca Juga: Warga Rawa Terate Cakung Kebanjiran
- Baca Juga: Renovasi Stadion Patriot Chandrabhaga Bekasi
"Menurut informasi tokoh masyarakat Tanjung Burung, pada tahun 1980-an dan 1990-an air Kali Cisadane masih bening, jernih, segar dan berbagai ikan hidup dan berkembangbiak. Warga sekitar memanfaatkan air kali untuk keperluan sehari, "tandasnya. pin/P-5
Redaktur: M Husen Hamidy
Penulis: Peri Irawan
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemerintah Percepat Pembangunan Sekolah Rakyat
- 2 TNI AD Telah Bangun 3.300 Titik Air Bersih di Seluruh Indonesia
- 3 Athletic Bilbao dan Barca Perebutkan Tiket Final
- 4 Program Makan Bergizi Gratis Harus Didanai Sepenuhnya Dari APBN/D
- 5 DJP Kalselteng Capai Target Penerimaan Pajak Empat Tahun Berturut-turut